Alunan musik gamelan mengiringi langkah sejumlah anak lelaki menuju arena peresean di Taman Kota Giri Menang, Kecamatan Gerung, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (27/12/2025) sore. Berbeda dari peresean pada umumnya, ajang yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Barat kali ini justru menghadirkan pertarungan antar pepadu cilik.
Mengenakan kereng dan sapuk khas suku sasak, mereka saling beradu ketangkasan menggunakan penjalin (tongkat) dan ende (perisai) di atas arena. Aksi mereka berhasil menarik perhatian ribuan warga yang memadati lokasi.
infoBali yang berada di lokasi ikut menyaksikan sorak sorai penonton pecah setiap kali suara pukulan penjalin ditangkis ende terdengar. Beberapa kali, Pekembar (wasit) meniup peluit untuk menjeda laga dan meminta pepadu cilik untuk beristirahat.
Bukannya menemui pelatih masing-masing, mereka terkadang malah terlihat ngibing (joget) dan berhasil memancing gelak tawa penonton.
Tidak hanya sorakan dan gelak tawa, infoBali juga menyaksikan antusiasme penonton yang terlihat memasuki arena dikala laga dijeda, untuk melempar uang saweran yang jumlahnya mencapai jutaan rupiah.
Seusai tiga hingga empat kali jeda, Pekembar lalu meniup peluit panjang tanda laga sudah berakhir dan meminta pepadu cilik yang bertarung untuk berpelukan sebagai bentuk sportivitas.
Tim kesehatan dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tripat Lombok Barat kemudian terlihat dengan sigap menghampiri para pepadu cilik yang usai bertanding, untuk segera memberikan penanganan pada luka yang didapat saat pertarungan.
Disela laga, infoBali juga menghampiri salah seorang penonton bernama Taufik. Meski tidak seheboh penonton lain, ia terlihat menyaksikan peresean berlangsung dari awal hingga akhir.
“Bagi orang sasak seperti kami kan sudah biasa menyaksikan peresean. Tapi kalau pepadunya anak-anak, tumben sekali,” ucapnya.
Penonton asal Gerung itu, menyebut ajang yang melibatkan anak-anak ini menarik untuk disaksikan. Akan tetapi, ia menyarankan agar hanya menjadi wadah pembelajaran dan tidak digelar secara terus menerus apalagi dipertontonkan untuk event berbayar atau acara penyambutan.
“Untuk belajar ya nggak apa-apa, asal jangan terus dipakai soalnya ini pertarungan fisik,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Lombok Barat Lalu Ahmad Zaini (LAZ) menjelaskan bahwa ajang peresean ini digelar sebagai sarana pelestarian budaya kepada anak-anak dengan harapan pepadu Lombok Barat di masa depan, lahir pada ajang ini.
“Ini kan tradisi budaya yang harus dilestarikan, tidak mungkin tentu kami hanya menampilkan pepadu-pepadu yang itu-itu saja. Maka mencari bibit pepadu sejak kecil, kami menyelenggarakan ajang ini,” jelasnya di arena peresean, Sabtu (27/12/2025).
“Jadi bukan terus dikatakan sebagai eksploitasi anak ya,” tandasnya.






