Saat ribuan wisatawan memadati Kuta, Canggu, dan Ubud setiap akhir tahun, Bali sejatinya menyimpan sisi lain yang jauh lebih hening. Di balik pariwisata yang serba padat, terdapat pulau kecil, pantai tersembunyi, hingga tebing megah yang masih luput dari radar wisata massal.
Destinasi-destinasi ini menawarkan pengalaman liburan yang lebih intim dengan alam. Tidak ada antrean panjang, tidak pula keramaian berlebihan. Cocok bagi wisatawan yang ingin menutup tahun dengan ketenangan, bukan kebisingan. Berikut tiga destinasi sunyi di Bali yang layak dipertimbangkan.
Peninsula Island merupakan pulau kecil yang terhubung langsung dengan kawasan Nusa Dua. Meski berada di area premium, tempat ini relatif sepi dan masih jarang diketahui wisatawan luar. Tidak ada tiket masuk, pengunjung hanya dikenakan biaya parkir Rp5.000.
Kawasannya luas dan tertata, cocok untuk aktivitas ringan seperti jogging, piknik, atau sekadar berjalan santai menikmati laut. Pada musim tertentu, bunga bougainville bermekaran dan menjadi latar favorit untuk fotografi.
Keunikan Peninsula Island terletak pada keberadaan empat pantai dalam satu kawasan. Pantai pertama berada di area utama pulau dan sering menjadi spot jalan sore. Pantai kedua lebih tersembunyi, diakses melalui jalur semak, dan kerap dimanfaatkan warga lokal untuk memancing. Pantai ketiga terletak di depan Pura Bias Tugel dengan suasana sakral dan hening. Sementara pantai keempat berada di sekitar amphitheater, dikelilingi tebing rendah dengan ombak yang relatif tenang.
Keempat pantai tersebut menghadirkan suasana damai yang semakin langka di Bali Selatan.
Pantai Gunung Payung menawarkan kombinasi wisata alam, budaya, dan aktivitas santai. Akses menuju pantai bisa ditempuh dengan shuttle berbayar Rp 25.000 (termasuk antar-jemput) atau berjalan kaki menuruni ratusan anak tangga. Tiket masuk dipatok Rp 10.000, dengan biaya parkir Rp 5.000.
Di kawasan ini terdapat Gunung Payung Cultural Park, kompleks yang memadukan lanskap pantai dengan nilai spiritual dan seni pertunjukan. Di tengah kawasan berdiri Pura Dangkahyangan Gunung Payung, tempat suci umat Hindu yang diyakini berkaitan dengan perjalanan spiritual era Majapahit.
Pura tersebut berada di perbukitan tandus dengan panorama langsung ke Samudra Hindia. Keindahan alam dan suasananya yang hening menjadikan kawasan ini berkembang sebagai destinasi wisata spiritual sekaligus ruang pertunjukan budaya. Teater terbuka di dalam kompleks kerap digunakan untuk pementasan seni, termasuk Tari Kecak dan upacara adat.
Salah satu aktivitas favorit wisatawan adalah bermain kano. Tarif sewanya Rp 50.000, dengan waktu terbaik pada pukul 16.00 hingga 17.00 saat cahaya senja mulai memantul di permukaan laut. Ombak yang relatif tenang membuat pengalaman berkano terasa aman dan menenangkan. Dibanding Pantai Pandawa atau Melasti, Pantai Gunung Payung jauh lebih sepi.
Karang Boma Cliff di kawasan Uluwatu dikenal sebagai salah satu hidden gem dengan panorama paling dramatis di Bali. Tebing tinggi yang menghadap langsung ke barat menjadikannya lokasi ideal untuk menikmati matahari terbenam.
Tidak ada tiket masuk, pengunjung hanya membayar parkir kendaraan. Area tebing terbuka dan luas, tanpa bangunan yang menghalangi pandangan ke laut lepas. Menjelang senja, langit berubah jingga keemasan dan memantul di permukaan Samudra Hindia.
Di sekitar lokasi terdapat kios kopi sederhana yang berjualan dari bajaj, menambah suasana hangat dan bersahaja. Waktu terbaik berkunjung adalah menjelang golden hour, saat cahaya senja membingkai garis tebing secara dramatis.
Karang Boma bukan sekadar destinasi wisata alam. Dalam cerita tutur masyarakat setempat, tebing ini dipercaya sebagai medan pertempuran dua dewa kuat yang memperebutkan wilayah suci di selatan Bali. Dewa pemenang diyakini meninggalkan jejak kekuatannya, sehingga dinamai Karang Boma, yang berarti batu milik dewa.
Secara historis, posisinya yang tinggi menjadikan Karang Boma sebagai titik pengawasan strategis pada masa lalu. Warga dapat memantau pergerakan musuh dari kejauhan dan mempersiapkan pertahanan desa.
Hingga kini, kawasan ini tetap dianggap suci. Ritual, persembahyangan, dan meditasi masih dilakukan oleh pemuka adat. Dalam kepercayaan lokal, raja-raja Bali tempo dulu juga mendatangi tebing ini untuk memohon petunjuk spiritual dari leluhur.
Selain menikmati panorama sunset, pengunjung dapat bermeditasi atau sekadar duduk tenang merasakan angin laut. Area rumput di sekitar tebing juga ideal untuk piknik sederhana. Beberapa warung kecil di pintu masuk menjual kelapa muda, minuman klasik yang pas dinikmati sambil memandang laut biru tak berujung.
Di tengah perayaan akhir tahun yang identik dengan keramaian, Peninsula Island, Pantai Gunung Payung, dan Karang Boma Cliff menghadirkan wajah Bali yang lebih hening dan reflektif. Ketiganya cocok bagi wisatawan yang ingin menutup tahun dengan ketenangan, tanpa kehilangan keindahan khas Pulau Dewata.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
1. Peninsula Island Nusa Dua
2. Pantai Gunung Payung
3. Karang Boma Cliff Uluwatu
Legenda dan Nilai Sakral Karang Boma
Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Karang Boma Cliff









