Pernikahan biasanya identik dengan mas kawin berupa emas atau uang tunai dalam jumlah besar. Namun, hal berbeda dilakukan oleh Satrio Rikad Dhoyo. Pria asal Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), ini viral setelah memberikan seperangkat alat sablon sebagai mahar pernikahannya.
Dilansir dari siliconartists, pernikahan dengan mahar tak biasa ini viral setelah diunggah akun @gerrypagerkaos. Postingan akun itu mencuri perhatian netizen karena ada filosofi mendalam di balik pemilihan alat kerja tersebut sebagai simbol pengikat janji suci.
“Pria berprofesi sablon asal bojonegoro ini memberikan mas kawin yang unik, yaitu seperangkat alat sablon. Pria itu bernama Raka owner dari @genyosablon. Dari interview saya ke beliau kita bisa belajar, kalau selama kita ganteng mas kawin apa pun tidak akan ada penolakan,” tulis postingan @gerrypagerkaos & @genyosablon.
Pria yang akrab disapa Raka Genyo itu dalam prosesi akad dengan lantang mengucapkan kalimat ijab kabul yang menegaskan pilihannya. “Mas kawin saya adalah saya terima nikah dan kawinnya istri saya dengan mas kawin seperangkat alat sablon dibayar tunai,” ucapnya mantap.
Seperangkat yang diberikan meliputi rakel, screen, tinta, dan peralatan sablon lainnya yang selama ini menjadi sumber penghidupannya sehari-hari. Bagi Raka, alat sablon tersebut bukan sekadar benda, melainkan fondasi ekonomi keluarganya yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Ia menegaskan bahwa melalui dengan profesinya itulah dirinya mampu memberi nafkah untuk istri dan anaknya.
“Istri saya, anak saya itu makan dari situ, jangan meremehkan. Orang punya banyak karyawan dan usaha yang besar pasti mulai dari kecil dahulu,” ujarnya dalam video tersebut. Ia juga memberikan pesan motivasi bagi orang lain untuk menghargai setiap proses dalam merintis usaha.
Raka saat dikonfirmasi siliconartists menjelaskan peristiwa akad nikah itu sebenarnya terjadi pada 13 Juni 2018. Namun, ceritanya kembali mencuat setelah ia bertemu dengan Gerry Pagerkaos di acara Gathering Sablon Jawa Timuran di Sidoarjo pada 7 Desember 2025 dan membuat konten vlog bersama.
Raka merupakan pemilik usaha Genyo yang berdiri sejak 2010. Pria berusia 35 tahun itu memberikan mahar tersebut kepada istrinya, Ely Kurniawati. Menurut Raka, meski sederhana, mahar yang ia berikan sarat makna.
“Mas kawin saya adalah saya terima nikah dan kawinnya istri saya dengan mas kawin seperangkat alat sablon dibayar tunai,” ungkapnya menirukan momen akad kepada siliconartists.
Isi dari mahar tersebut terdiri dari alat sablon konvensional seperti rakel, pigmen tinta, tinta rubber, dan screen sablon. Menurutnya, alat-alat itulah yang menjadi modal awal para penyablon saat merintis usaha dari nol.
Raka mengakui sang istri dan keluarga awalnya sempat kaget dengan ide mahar yang tidak biasa tersebut. Namun, setelah diberikan penjelasan, tidak ada penolakan karena dinilai sangat unik.
“Reaksi awal pasangan cukup kaget, tetapi tidak menolak. Kaget karena apakah itu memang bisa dijadikan mas kawin. Tidak menolak karena menilai ini unik dan sepertinya belum ada yang mencobanya. Jadi bisa jadi orang pertama di dunia yang menjadikan ini sebagai mahar/mas kawin,” tutur Raka.
Selain seperangkat alat sablon, Raka juga memberikan uang tunai senilai Rp 77 Ribu. Pemilihan angka ini ternyata memiliki filosofi dalam bahasa Jawa.
“Maknanya adalah alat sablon ini digunakan untuk menghidupi sebuah pernikahan. Disengaja untuk sederhana dengan uang tunai 77 ribu. Bahasa Jawa 7 adalah Pitu, bermakna pitulungan (pertolongan) ada 2 angka 7, yaitu 77 yang artinya pitulungan dari 2 insan yang menikah. Mereka akan saling menolong dan mengisi segala kekurangan atau kelebihan masing-masing,” jelas Raka.
Pernikahan Raka dan Ely digelar jauh dari kesan mewah. Tanpa kursi pelaminan singgasana, tenda besar, maupun katering, acara tersebut hanya dihadiri sekitar 50-75 orang terdekat. Ia memberikan edukasi kepada keluarga bahwa yang terpenting adalah kehidupan setelah menikah.
“Yang penting itu adalah bagaimana menjalani rumah tangga ke depan dengan bijaksana bukan menghamburkan uang untuk pesta pernikahan yang kebanyakan meninggalkan utang atau beban finansial,” tegasnya.
Momen pernikahan tersebut juga menyisakan cerita unik lainnya. Raka menceritakan acaranya sempat didatangi oleh Duta Lingkungan Hidup PBB dari Indonesia dan Myanmar. Hal ini terjadi secara tidak sengaja karena mereka sempat minum kopi bersama dan langsung diajak untuk ikut kondangan.
Melalui pernikahannya, Raka ingin menyampaikan pesan bahwa kesakralan sebuah janji suci tidak harus dibalut dengan kemewahan yang rumit.
“Kita pengen pernikahan kita jadi simbol kalau menikah itu nggak butuh perayaan rumit. Yang penting itu niat, restu dan komunikasi keluarga yang baik,” jelas Raka.
Artikel ini telah tayang di siliconartists. Baca selengkapnya
Konfirmasi siliconartists
Raka saat dikonfirmasi siliconartists menjelaskan peristiwa akad nikah itu sebenarnya terjadi pada 13 Juni 2018. Namun, ceritanya kembali mencuat setelah ia bertemu dengan Gerry Pagerkaos di acara Gathering Sablon Jawa Timuran di Sidoarjo pada 7 Desember 2025 dan membuat konten vlog bersama.
Raka merupakan pemilik usaha Genyo yang berdiri sejak 2010. Pria berusia 35 tahun itu memberikan mahar tersebut kepada istrinya, Ely Kurniawati. Menurut Raka, meski sederhana, mahar yang ia berikan sarat makna.
“Mas kawin saya adalah saya terima nikah dan kawinnya istri saya dengan mas kawin seperangkat alat sablon dibayar tunai,” ungkapnya menirukan momen akad kepada siliconartists.
Isi dari mahar tersebut terdiri dari alat sablon konvensional seperti rakel, pigmen tinta, tinta rubber, dan screen sablon. Menurutnya, alat-alat itulah yang menjadi modal awal para penyablon saat merintis usaha dari nol.
Raka mengakui sang istri dan keluarga awalnya sempat kaget dengan ide mahar yang tidak biasa tersebut. Namun, setelah diberikan penjelasan, tidak ada penolakan karena dinilai sangat unik.
“Reaksi awal pasangan cukup kaget, tetapi tidak menolak. Kaget karena apakah itu memang bisa dijadikan mas kawin. Tidak menolak karena menilai ini unik dan sepertinya belum ada yang mencobanya. Jadi bisa jadi orang pertama di dunia yang menjadikan ini sebagai mahar/mas kawin,” tutur Raka.
Selain seperangkat alat sablon, Raka juga memberikan uang tunai senilai Rp 77 Ribu. Pemilihan angka ini ternyata memiliki filosofi dalam bahasa Jawa.
“Maknanya adalah alat sablon ini digunakan untuk menghidupi sebuah pernikahan. Disengaja untuk sederhana dengan uang tunai 77 ribu. Bahasa Jawa 7 adalah Pitu, bermakna pitulungan (pertolongan) ada 2 angka 7, yaitu 77 yang artinya pitulungan dari 2 insan yang menikah. Mereka akan saling menolong dan mengisi segala kekurangan atau kelebihan masing-masing,” jelas Raka.
Pernikahan Raka dan Ely digelar jauh dari kesan mewah. Tanpa kursi pelaminan singgasana, tenda besar, maupun katering, acara tersebut hanya dihadiri sekitar 50-75 orang terdekat. Ia memberikan edukasi kepada keluarga bahwa yang terpenting adalah kehidupan setelah menikah.
“Yang penting itu adalah bagaimana menjalani rumah tangga ke depan dengan bijaksana bukan menghamburkan uang untuk pesta pernikahan yang kebanyakan meninggalkan utang atau beban finansial,” tegasnya.
Momen pernikahan tersebut juga menyisakan cerita unik lainnya. Raka menceritakan acaranya sempat didatangi oleh Duta Lingkungan Hidup PBB dari Indonesia dan Myanmar. Hal ini terjadi secara tidak sengaja karena mereka sempat minum kopi bersama dan langsung diajak untuk ikut kondangan.
Melalui pernikahannya, Raka ingin menyampaikan pesan bahwa kesakralan sebuah janji suci tidak harus dibalut dengan kemewahan yang rumit.
“Kita pengen pernikahan kita jadi simbol kalau menikah itu nggak butuh perayaan rumit. Yang penting itu niat, restu dan komunikasi keluarga yang baik,” jelas Raka.
Artikel ini telah tayang di siliconartists. Baca selengkapnya






