Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Tujuh patung ikan berdiri di tepi kolam seluas sekitar 30 meter persegi. Dari mulut ikan tersebut keluar air hangat bersuhu berkisar 30 derajat Celsius.
Sejumlah pria, perempuan, berendam di kolam air hangat setinggi lutut orang dewasa itu. Anak-anak juga asyik bermain di kolam tersebut.
Danau Batur dan Gunung Abang menjadi latar kolam air hangat Seked Batur itu. “Salah satu keunggulan Seked Batur itu air hangat dengan view Danau Batur dan Gunung Abang,” tutur Manajer Operasional objek wisata Seked Batur, I Made Tasdinas, beberapa waktu lalu.
Seked Batur merupakan salah satu kolam air hangat di Kintamani, Bangli, Bali. Tempat pelesir seluas dua hektare tersebut dilengkapi dengan beragam fasilitas seperti kamar mandi, ruang ganti, kafe, dan sejumlah vila.
Harga tiket masuk Seked Batur untuk wisatawan dewasa Rp 20 ribu dan anak-anak Rp 15 ribu. Adapun,untuk tarif menginap di vila dari Rp 300 ribu hingga Rp 800 ribu. Objek wisata yang dirintis sejak 2012 itu buka sejak pukul 07.00-19.00 Wita.
Pengunjung Seked Batur, Tasdinas melanjutkan, punya tujuan beragam. Selain berwisata, ada juga yang berendam air hangat untuk menyembuhkan penyakit kulit seperti gatal-gatal dan menghilangkan pegal setelah mendaki Gunung Batur.
Tasdinas menuturkan hampir 100 persen pengunjung Seked Batur merupakan pelancong domestik. Saat hari libur, wisatawan yang pelesiran ke objek wisata itu bisa mencapai 200 orang per hari. “Segmen Seked Batur memang wisatawan domestik,” ungkap mantan kepala desa Batur Utara tersebut.
infoBali berendam di Seked Batur beberapa waktu lalu. Dari kolam, Danau Batur dan Gunung Abang terlihat jelas. Hawa Kintamani yang sejuk terasa pas dipadu dengan berendam di kolam air hangat.
Rasa pegal setelah mengendarai motor selama dua jam dari Denpasar berkurang begitu badan berendam air hangat. Beruntung, saat itu, Kintamani tidak diguyur hujan sehingga Danau Batur dan Gunung Abang nampak jelas.
Sayang, keindahan Danau Batur berkurang lantaran kehadiran keramba-keramba ikan mujair. Ikan tersebut dipelihara di keramba untuk sajian mujair nyat-nyat, kuliner khas Kintamani.
Puas berendam, infoBali mengudap pisang goreng, kentang goreng, dan sayap ayam goreng. Tiga potong pisang goreng dibanderol dengan harga Rp 15 ribu, sedangkan paket kentang dan sayap ayam goreng dijual seharga Rp 15 ribu. Namun, saat itu, infoBali hanya membayar Rp 20 ribu karena satu tiket masuk bisa ditukar dengan voucer Rp 5 ribu.
Harga makanan dan minuman di Seked Batur cukup terjangkau. Nasi goreng telur dijual seharga Rp 18 ribu, mujair nyat-nyat Rp 36 ribu, dan paket ayam goreng Rp 30 ribu. Adapun teh panas dijual Rp 12 ribu, jus buah Rp 25 ribu, dan kopi panas Rp 12 ribu.
Sayang, rasa nyaman menyantap kudapan tersebut berkurang karena banyaknya lalat. Serangga itu hinggap di sejumlah tempat seperti meja, kursi, hingga makanan/minuman.
Tasdinas pun kelimpungan mengatasi lalat tersebut. Beragam cara dilakukan untuk mengusir hewan itu mulai menempatkan air cabai, membakar serbuk kopi, hingga menyalakan kipas angin.
Kini pegawai Seked Batur menggunakan kertas lem untuk menjerat lalat itu. Namun, cara tersebut juga tak ampuh karena jika kertas lem sudah penuh lalat dan tak diganti, hewan itu bakal hinggap di makanan/minuman.
Rekan perjalanan penulis, Mardho Tilla, menuturkan Seked Batur bisa menjadi alternatif tempat berendam air hangat dengan bujet hemat. Selain, Seked Batur, di kawasan Kintamani terdapat sejumlah tempat mandi air hangat seperti Toya Devasya dan Batur Natural Hot Spring.
Bahkan, kini bermunculan vila di Kintamani dengan layanan air panas untuk wisatawan. infoBali pernah menginap di sebuah vila di lereng Gunung Batur dengan bathtub berair hangat. Bak tersebut terletak di depan kamar sehingga mata leluasa memandang Danau Batur dan Bukit Abang.
Sayangnya, Tilla melanjutkan, di Seked Batur kolam air hangatnya hanya satu. “Kolam lainnya hanya suam-suam kuku,” tuturnya.
Setelah puas berendam, infoBali mengunjungi Resto Apung Kedisan. Restoran itu terletak di sisi Dermaga Kedisan.
Tempat makan itu memiliki sejumlah spot foto yang Instgramable seperti candi bentar (gapura khas Bali). Pengunjung juga bisa puas berfoto dengan latar Danau Batur, Gunung Batur, dan Gunung Abang. Tiga pemandangan alam itu bisa berada dalam satu frame!
Restoran itu memiliki menu andalan mujair nyat-nyat. Mujair yang dimasak dengan bumbu khas Bali dengan teknik merebus hingga airnya susut itu tidak dijual per porsi melainkan sesuai bobot ikan. Misalkan, setengah kilogram mujair (berisi tiga ikan) dibanderol seharga Rp 45.000. Adapun nasi putih seporsi dijual seharga Rp 7.000.
Menyantap mujair nyat-nyat dengan nasi hangat berlatar pemandangan Danau Batur terasa nikmat. Bumbu base genep mujair nyat-nyat terasa pas di lidah infoBali. Sayang, makanan dan minuman yang terhidang harus segera ditandaskan sebelum dihinggapi lalat.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bangli I Wayan Dirgayusa menuturkan objek wisatan buatan dengan memanfaatkan sumber air panas terus berkembang di Kintamani. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangli pun menyiapkan tim yang bertugas mendata tempat pelesir dan akomodasi di Kintamani. “(Tempat usaha) yang tidak berizin, kami minta untuk mengurus izinnya, sedangkan yang sudah berizin kami kelompokan berdasarkan fasilitas yang tersedia,” ungkapnya.
Pemkab Bangli juga berupaya menjaga kelestarian Danau Batur agar wisatawan mau berkunjung kembali ke Kintamani. Misalkan, memurnikan air danau vulkanik seluas 16,5 kilometer persegi itu dengan penuangan eco enzyme. “Kami juga menata keramba ikan,” imbuh Dirgayusa.








