Desa Punggul Sukses Kelola Sampah Berkat Inovasi Tong Edan

Posted on

Desa Punggul di Kabupaten Badung dikenal sebagai salah satu desa yang berhasil mengelola sampah secara tuntas. Kepala Desa Punggul, Kadek Sukarma, menyebut pihaknya telah melakukan berbagai terobosan sejak 2014 untuk menyelesaikan permasalahan sampah di wilayahnya.

Beragam langkah ini ia paparkan dalam talkshow bertajuk ‘Lingkungan Bersih, UMKM Tumbuh: Gerakan Muda untuk Ekonomi Hijau’ yang digelar di Kantor DPD PDIP Provinsi Bali, Selasa (6/5/2025). Beberapa inovasi yang dijalankan, antara lain program ‘Tong Edan’ (Ekonomis, Dinamis, dan Handal) hingga pararem atau aturan adat terkait pengolahan sampah.

Sukarma mengungkapkan sebelum ia menjabat sebagai kepala desa, masyarakat kerap membuang sampah sembarangan. Hal ini menyebabkan banyak titik sampah liar, bahkan area pintu masuk desa sempat menyerupai tempat pembuangan akhir (TPA).

“Saat saya belum menjabat kepala desa, saya miris sekali melihat lingkungan desa. Pintu masuk itu seperti TPA. Jadi, karena itulah proses ini kami lakukan. Kami bekerjasama dengan semua lembaga dan masyarakat,” ucapnya.

Pada 2014, pihaknya mulai melakukan pengelolaan sampah secara bertahap. Edukasi kepada masyarakat dilakukan, diikuti penyediaan fasilitas TPS3R dan sarana pengolahan sampah di tingkat rumah tangga.

Salah satu program andalan Desa Punggul adalah penggunaan ‘Tong Edan’. Tong ini dirancang khusus untuk mengelola sampah organik dari dapur rumah tangga yang selama ini menjadi pemicu utama timbulan sampah berbau.

“Konsep Tong Edan ini menurut kami sangat penting sekali karena pemicu sampah yang paling berat, dan menjadi masalah besar adalah sampah yang berbau terutama sampah hasil di dapur,” jelas Sukarma.

Setiap rumah tangga dibagikan Tong Edan. Sampah organik dipotong kecil sebelum dimasukkan ke dalam tong, lalu disemprot cairan khusus bernama liang dan ditutup. Dari proses ini dihasilkan pupuk padat dan cair yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman di pekarangan warga.

Selain itu, diterapkan pula pararem atau aturan adat yang melarang pembuangan sampah sembarangan. Masyarakat yang melanggar akan dikenai sanksi.

“Itu sanksinya berupa peringatan, tapi yang sanksi fatal berupa tidak diberikan pelayanan oleh desa adat. Sampai sekarang ini belum ada yang terkena sanksi,” tuturnya.

Pemerintah Desa Punggul juga menggandeng BUMDes dan Yayasan Punggul Hijau untuk mengolah sampah plastik menjadi produk seni bernilai ekonomi tinggi. Berbagai karya seperti patung, topeng, hiasan dinding, hingga piala berhasil diciptakan.

Langkah ini tidak hanya mengurangi sampah plastik, tetapi juga membuka peluang ekonomi kreatif berbasis lingkungan di desa tersebut.

Pemerhati lingkungan sekaligus musisi dan petani, Gede Robi Navicula, mengapresiasi berbagai terobosan yang dilakukan Desa Punggul. Menurutnya, keberhasilan ini membuktikan bahwa pengelolaan sampah berbasis sumber bisa dilakukan.

“Ini berarti pengelolaan sampah berbasis sumber bukan hal yang mustahil, kan sudah ada yang membuktikan. Harapan saya desa-desa lain kalau misalnya ingin tahu apa yang dilakukan, tinggal belajar saja. Serta menyesuaikan apa yang didapat dari Desa Punggul untuk bisa diterapkan di desa masing-masing,” sebut Robi.

Robi juga menjelaskan bahwa dirinya bersama para musisi dan pelaku industri kreatif rutin menggelar workshop lingkungan melalui gelaran IKLIM Fest. Forum ini menjadi wadah diskusi dan penciptaan karya bertema lingkungan.

“Seperti tadi yang dibilang pentingnya regenerasi. Berarti kan penting untuk kita menginfluensi yang muda-muda dan bukan cuma yang muda-muda saja, bahkan artis-artis yang senior-senior juga sebenarnya perlu lebih banyak menyuarakan di sini (soal isu lingkungan),” ungkapnya.

Ketua Bidang Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata DPD PDIP Provinsi Bali, Putu Gede Wiwin Gunawasika, mengatakan gerakan pengelolaan sampah menjadi hal penting yang perlu diedukasikan ke kader muda partai.

“Ini untuk bagaimana mendukung program Pak Gubernur (Wayan Koster) terkait dengan Bali bersih sampah. Jadi, kami ajak anak muda (sebagai) penggeraknya. Nanti anak muda bisa membantu menggerakkan yang lain,” katanya.

Wiwin berharap gerakan ini bisa menjadi pemantik munculnya gerakan serupa di daerah lain, sehingga praktik baik soal lingkungan dan pengolahan sampah bisa makin meluas di Bali.

Inovasi ‘Tong Edan’ dan Pararem

Dapat Apresiasi dari Robi Navicula

Kader Muda PDIP Dilibatkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *