Mulutmu harimaumu. Pepatah itu kini sedang menghantui komika Pandji Pragiwaksono. Cuplikan penampilannya yang menyinggung adat Toraja viral di media sosial dan memicu gelombang kecaman dari berbagai pihak.
Dalam video yang beredar, Pandji dianggap menyinggung adat dan tradisi masyarakat Toraja lewat candaan yang dinilai tidak pantas. Ia membawakan materi stand up comedy yang menyebut banyak warga Toraja jatuh miskin karena memaksakan diri menggelar pesta kematian yang mahal.
Pandji juga menggambarkan jenazah yang belum dimakamkan dibiarkan terbaring di ruang tamu, tepat di depan televisi.
“Di Toraja, kalau ada keluarga yang meninggal makaminnya pakai pesta yang mahal banget. Bahkan banyak orang Toraja yang jatuh miskin habis bikin pesta untuk pemakaman keluarganya,” ujar Pandji dalam video tersebut.
“Dan banyak yang ga punya duit untuk makamin, akhirnya jenazahnya dibiarin aja gitu. Ini praktik umum. Jenazahnya ditaruh aja di ruang TV di ruang tamu gitu. Kalau untuk keluarganya sih biasa aja ya, tapi kalau ada yang bertamu kan bingung ya. Nonton apapun di TV berasa horor,” lanjutnya disambut tawa penonton.
Candaan itu menuai reaksi keras dari berbagai pihak. Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Makassar, Amson Padolo, menyayangkan materi komedi Pandji yang menyinggung adat Toraja.
“Kami sangat menyayangkan seorang tokoh publik berpendidikan seperti Pandji menjadikan adat Toraja sebagai bahan lelucon,” kata Amson seperti dikutip infoSulsel, Senin (3/11).
Amson menyebut ada dua hal dalam materi Pandji yang melukai hati masyarakat Toraja, yaitu soal kemiskinan dan soal jenazah yang disebut dibiarkan di ruang tamu.
“Ada dua hal yang membuat kami terluka. Pertama, pernyataannya bahwa banyak warga Toraja jatuh miskin karena pesta adat. Kedua, anggapan bahwa jenazah disimpan di ruang tamu atau depan TV. Itu tidak benar dan sangat menyinggung,” tegasnya.
Menurut Amson, dalam tradisi Toraja, penyimpanan jenazah dilakukan dengan penuh penghormatan dan tidak sembarangan. Jika keluarga belum siap menggelar upacara Rambu Solo, jenazah akan disemayamkan di ruang khusus, bukan di ruang tamu seperti yang disebut Pandji.
“Sementara, kalau keluarga memang belum mampu, akan ada kesepakatan bersama untuk memakamkan. Tidak pernah ada yang menaruh jenazah di depan TV,” ujarnya.
Amson menuntut Pandji bertanggung jawab secara moral dan meminta maaf kepada masyarakat Toraja.
“Kami menuntut Pandji meminta maaf secara terbuka. Ini bukan hanya soal satu suku, tapi pelajaran bagi semua pihak agar tidak seenaknya mempermainkan budaya orang lain, sekalipun dalam konteks humor,” katanya lagi.
Kritik terhadap Pandji juga datang dari Anggota DPR RI daerah pemilihan Sulawesi Selatan I, Ashabul Kahfi. Ia mendesak Pandji meminta maaf dan berdialog langsung dengan masyarakat Toraja.
“Saya meminta Saudara Pandji menyampaikan klarifikasi terbuka dan permohonan maaf kepada masyarakat Toraja, serta berdialog langsung dengan PMTI, tokoh adat, dan pemerintah daerah,” kata Ashabul Kahfi kepada wartawan, Senin (3/11).
Ashabul Kahfi mengatakan klarifikasi tetap dibutuhkan meskipun video tersebut merupakan tayangan lama.
“Jika pun materi itu rekaman lama yang baru viral, dampaknya terjadi hari ini, karena itu klarifikasi tetap diperlukan agar tidak memperpanjang salah paham,” ujarnya.
Anggota Komisi IX DPR RI ini menilai isu kemiskinan tak bisa disederhanakan sebagai akibat pesta adat.
“Ada aspek struktural, akses pekerjaan layak, perlindungan sosial, literasi keuangan, dan kesehatan masyarakat, yang harus kita jawab dengan kebijakan dan edukasi, bukan dengan stigma terhadap budaya yang memiliki nilai gotong royong dan penghormatan kepada leluhur,” tuturnya.
Pandji juga akan diminta memberikan klarifikasi oleh Anggota Komisi I DPR RI, Frederik Kalalembang.
“Kalau benar video tersebut, sangat disayangkan karena bisa merembet ke mana-mana. Apalagi dijadikan guyonan atau olok-olokan. Kita tunggu saja keterangan resmi dari yang bersangkutan,” kata Frederik kepada wartawan, Senin (3/11).
Frederik, yang merupakan anggota DPR dari dapil Sulawesi Selatan III, mengatakan akan mengundang Pandji untuk menjelaskan maksud dari pernyataannya.
“Rencananya saya akan mengundang yang bersangkutan untuk klarifikasi apa sebenarnya yang dimaksud, supaya tidak salah penafsiran bagi orang yang awam. Tidak ada orang Toraja menjadi miskin karena menghargai leluhurnya dan memegang teguh adat,” ujarnya.
“Kalau dikatakan horor, itu karena melihat sepihak. Apakah orang tua kita yang ada di rumah menantikan acara pelepasan harus ditakuti? Tentu tidak,” sambungnya.
Bupati Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Frederik Victor Palimbong, turut mengecam materi Pandji yang menyinggung adat Toraja. Ia mengaku tersinggung dan meminta Pandji melakukan riset sebelum berbicara soal budaya.
“Ini sesuatu yang benar-benar menyinggung kami orang Toraja. Jadi ini harus menjadi pembelajaran dan perenungan bagi pekerja seni, khususnya pelawak atau komika,” kata Frederik, seperti dilansir infoSulsel, Senin (3/11).
Frederik mengatakan budaya di Indonesia memiliki nilai tinggi dan bahkan dilindungi oleh lembaga resmi negara.
“Di Indonesia ada Kementerian Kebudayaan, itu menunjukkan penghargaan yang tinggi terhadap budaya, maka jangan jadikan budaya bahan lelucon,” tegasnya.
Ia pun mengundang Pandji datang langsung ke Toraja Utara untuk memahami budaya setempat.
“Kami di Toraja Utara mengundang Pandji ke Toraja Utara supaya lebih mengenal budaya Toraja daripada keliru menyampaikan. Saya siap mengajak berkeliling, tidak benar bahwa kami seram. Ajak komika untuk tahu budaya Toraja yang sebenarnya,” ujarnya.
PMTI Sesalkan Adat Dijadikan Lelucon
DPR Desak Pandji Klarifikasi
Respons Bupati Toraja Utara
Candaan itu menuai reaksi keras dari berbagai pihak. Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Makassar, Amson Padolo, menyayangkan materi komedi Pandji yang menyinggung adat Toraja.
“Kami sangat menyayangkan seorang tokoh publik berpendidikan seperti Pandji menjadikan adat Toraja sebagai bahan lelucon,” kata Amson seperti dikutip infoSulsel, Senin (3/11).
Amson menyebut ada dua hal dalam materi Pandji yang melukai hati masyarakat Toraja, yaitu soal kemiskinan dan soal jenazah yang disebut dibiarkan di ruang tamu.
“Ada dua hal yang membuat kami terluka. Pertama, pernyataannya bahwa banyak warga Toraja jatuh miskin karena pesta adat. Kedua, anggapan bahwa jenazah disimpan di ruang tamu atau depan TV. Itu tidak benar dan sangat menyinggung,” tegasnya.
Menurut Amson, dalam tradisi Toraja, penyimpanan jenazah dilakukan dengan penuh penghormatan dan tidak sembarangan. Jika keluarga belum siap menggelar upacara Rambu Solo, jenazah akan disemayamkan di ruang khusus, bukan di ruang tamu seperti yang disebut Pandji.
“Sementara, kalau keluarga memang belum mampu, akan ada kesepakatan bersama untuk memakamkan. Tidak pernah ada yang menaruh jenazah di depan TV,” ujarnya.
Amson menuntut Pandji bertanggung jawab secara moral dan meminta maaf kepada masyarakat Toraja.
“Kami menuntut Pandji meminta maaf secara terbuka. Ini bukan hanya soal satu suku, tapi pelajaran bagi semua pihak agar tidak seenaknya mempermainkan budaya orang lain, sekalipun dalam konteks humor,” katanya lagi.
PMTI Sesalkan Adat Dijadikan Lelucon
Kritik terhadap Pandji juga datang dari Anggota DPR RI daerah pemilihan Sulawesi Selatan I, Ashabul Kahfi. Ia mendesak Pandji meminta maaf dan berdialog langsung dengan masyarakat Toraja.
“Saya meminta Saudara Pandji menyampaikan klarifikasi terbuka dan permohonan maaf kepada masyarakat Toraja, serta berdialog langsung dengan PMTI, tokoh adat, dan pemerintah daerah,” kata Ashabul Kahfi kepada wartawan, Senin (3/11).
Ashabul Kahfi mengatakan klarifikasi tetap dibutuhkan meskipun video tersebut merupakan tayangan lama.
“Jika pun materi itu rekaman lama yang baru viral, dampaknya terjadi hari ini, karena itu klarifikasi tetap diperlukan agar tidak memperpanjang salah paham,” ujarnya.
Anggota Komisi IX DPR RI ini menilai isu kemiskinan tak bisa disederhanakan sebagai akibat pesta adat.
“Ada aspek struktural, akses pekerjaan layak, perlindungan sosial, literasi keuangan, dan kesehatan masyarakat, yang harus kita jawab dengan kebijakan dan edukasi, bukan dengan stigma terhadap budaya yang memiliki nilai gotong royong dan penghormatan kepada leluhur,” tuturnya.
Pandji juga akan diminta memberikan klarifikasi oleh Anggota Komisi I DPR RI, Frederik Kalalembang.
“Kalau benar video tersebut, sangat disayangkan karena bisa merembet ke mana-mana. Apalagi dijadikan guyonan atau olok-olokan. Kita tunggu saja keterangan resmi dari yang bersangkutan,” kata Frederik kepada wartawan, Senin (3/11).
Frederik, yang merupakan anggota DPR dari dapil Sulawesi Selatan III, mengatakan akan mengundang Pandji untuk menjelaskan maksud dari pernyataannya.
“Rencananya saya akan mengundang yang bersangkutan untuk klarifikasi apa sebenarnya yang dimaksud, supaya tidak salah penafsiran bagi orang yang awam. Tidak ada orang Toraja menjadi miskin karena menghargai leluhurnya dan memegang teguh adat,” ujarnya.
“Kalau dikatakan horor, itu karena melihat sepihak. Apakah orang tua kita yang ada di rumah menantikan acara pelepasan harus ditakuti? Tentu tidak,” sambungnya.
DPR Desak Pandji Klarifikasi
Bupati Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Frederik Victor Palimbong, turut mengecam materi Pandji yang menyinggung adat Toraja. Ia mengaku tersinggung dan meminta Pandji melakukan riset sebelum berbicara soal budaya.
“Ini sesuatu yang benar-benar menyinggung kami orang Toraja. Jadi ini harus menjadi pembelajaran dan perenungan bagi pekerja seni, khususnya pelawak atau komika,” kata Frederik, seperti dilansir infoSulsel, Senin (3/11).
Frederik mengatakan budaya di Indonesia memiliki nilai tinggi dan bahkan dilindungi oleh lembaga resmi negara.
“Di Indonesia ada Kementerian Kebudayaan, itu menunjukkan penghargaan yang tinggi terhadap budaya, maka jangan jadikan budaya bahan lelucon,” tegasnya.
Ia pun mengundang Pandji datang langsung ke Toraja Utara untuk memahami budaya setempat.
“Kami di Toraja Utara mengundang Pandji ke Toraja Utara supaya lebih mengenal budaya Toraja daripada keliru menyampaikan. Saya siap mengajak berkeliling, tidak benar bahwa kami seram. Ajak komika untuk tahu budaya Toraja yang sebenarnya,” ujarnya.






