Proyek Bandara Bali Utara masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029. Ketua DPRD Buleleng Ketut Ngurah Arya menyebut hal itu ibarat durian runtuh bagi masyarakat Buleleng.
Arya mengungkapkan penetapan lokasi pembangunan bandara baru di Buleleng perlu dipikirkan dengan matang. Berdasarkan tata ruang, dia berujar, semua kecamatan di Buleleng memungkinkan untuk menjadi lokasi pembangunan bandara.
“Jangan sampai seperti Bandara Ngurah Rai yang begitu padat ataupun seperti bandara di Banyuwangi yang sepi dari penumpang. Semua harus dipertimbangkan dengan matang pembangunan bandara ini,” ujar Arya, Rabu (30/4/2025).
Saat ini, ada dua titik yang dipertimbangkan menjadi lokasi pembangunan bandara baru, yakni di kawasan Buleleng timur dan barat. Arya mengatakan dirinya lebih memilih bandara dibangun di wilayah barat karena lahan yang tersedia cukup luas.
Terlebih lagi, dia melanjutkan, pemerintah juga bakal melanjutkan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi yang akan memudahkan akses menuju bandara di Buleleng. Selain itu, ia menilai wilayah Buleleng barat juga lebih dekat dengan sejumlah destinasi wisata.
“Kalau di timur, saat ini sudah padat dan membuat infrastruktur penunjang untuk mengurai kemacetan akan menyebabkan anggaran membengkak dalam pembangunan bandara itu. Tapi, semua keputusan ada di pemerintah pusat sesuai dengan pertimbangan penerbangan,” imbuh politikus PDIP itu.
Arya mengatakan pembangunan Bandara Bali Utara merupakan janji politik dari Presiden Prabowo Subianto. Ia pun meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng agar segera menyiapkan sumber daya manusia (SDM) agar warga Buleleng sebagai tuan rumah bisa bersaing seandainya bandara tersebut mulai beroperasi.
“Semoga bandara bisa terwujud dan ini merupakan durian runtuh bagi Buleleng. Ini juga sekaligus untuk mempercepat pertumbuhan pariwisata di Buleleng yang selama ini masih tertinggal jauh dari Bali selatan,” pungkasnya.
