Kala Anak-anak Antusias Belajar Melukis Tradisi Gaya Batuan

Posted on

Sejumlah anak dan remaja tampak serius belajar melukis tradisi gaya Batuan di Indus Restaurant, Kedewatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, Bali. Mereka antusias mengikuti workshop sekaligus pameran bertajuk ‘Echanted Bali’ yang dipandu oleh seniman lukis asal Batuan, Made Griyawan.

Lukisan gaya Batuan umumnya mengangkat kisah-kisah tradisi atau cerita rakyat yang dikerjakan dengan teknik rumit dan bertahap. Ciri khas lukisan gaya Batuan terletak pada detailnya yang bahkan bisa memerinci pernak-pernik objek terkecil.

“Dengan belajar tradisi Bali, khususnya melukis, ada banyak hal positif yang mereka dapat. Misalkan menghaluskan karakter seseorang. Kalau biasanya meledak-ledak, di sini melukis sambil mengatur napas,” ujar Griyawan kepada infoBali, Minggu (27/4/2025).

Diketahui, lukisan gaya Batuan sudah hidup lebih dari 1.000 tahun. Ciri khas lainnya dari gaya lukisan ini adalah penekanannya pada gradasi hitam putih yang dahulu pewarnaannya menggunakan arang.

Griyawan menuturkan anak-anak tersebut tidak hanya belajar estetika, tetapi juga belajar tentang etika. “Boleh melukis bebas, tapi tidak boleh melewati garisnya,” imbuh seniman sekaligus pendiri Studio Gelombang itu.

Studio Gelombang didirikan Griyawan sejak 2018 sebagai wadah eksplorasi seni untuk anak-anak dan remaja. Meskipun para peserta belajar melukis tradisi gaya Batuan, anak-anak itu tetap diperkenankan mengeksplorasi diri dan lebih leluasa mengenal karakter dirinya sendiri.

Walhasil, lukisan yang dipamerankan memiliki beragam tema dengan tetap mengacu pada teknik melukis gaya Batuan. Ada yang melukis budaya Bali seperti gebogan, ada pula yang menggambar taman bunga, burung, potret diri, hingga aktivitas nelayan.

Lukisan-lukisan karya anak-anak Studio Gelombang itu dipamerkan hingga 18 Mei 2025. Griyawan berharap pameran itu bisa mencetak bibit-bibit pelukis bergaya tradisi.

infoBali mendapat kesempatan mengikuti workshop tersebut dan diminta mewarnai beberapa bentuk seperti tumpukan persegi panjang, bunga, awan, daun, dan ikan dengan cat hitam yang disediakan. Griyawan mengarahkan para peserta untuk meninggalkan sejenak beban pikiran saat menarikan kuas di atas kertas.

Mewarnai objek lukis dengan cita rasa Batuan ternyata cukup rumit. Peserta perlu belajar mengatur tekanan tangan pada kuas supaya warna tidak terlalu tebal dan ke luar garis.

Salah satu peserta, Sasi, tampak lihai mewarnai karakter perempuan mengenakan kimono yang dibuatnya. Siswa kelas 3 sekolah dasar (SD) asal Payangan, Gianyar, yang menyukai karakter Jepang itu mengaplikasikannya ke dalam gaya lukisan Batuan. Ia latihan melukis sekali sepekan selama dua jam.

“Kalau pertama kali tidak apa-apa ke luar garis. Nanti juga bisa kok,” ujar Sasi.

Peserta lainnya, Nisa, membuat lukisan ikan dan kura-kura. Gadis asal Blahbatuh itu butuh waktu satu bulan untuk merampungkan karya tersebut dan dikerjakan saat latihan melukis di Studio Gelombang yang beralamat di Jalan Alas Arum, Gang Lasem, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *