Para pengusaha ritel di Kota Mataram mengaku merugi usai pemerintah menetapkan kenaikan harga eceran tertinggi (HET) untuk beras medium dan premium. Aturan ini tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) RI Nomor 299 Tahun 2025.
Manajer Pembelian Ruby, Ketut Adinata, mengatakan kebijakan ini membuat pihaknya hanya memperoleh keuntungan kecil dari penjualan beras.
“Karena harga HET ini, nggak boleh jual di atas Rp 16 ribu. Jadinya, (beras yang) masuk ke Ruby Rp 14.700 (untuk HET beras premium). Ruby hanya untung Rp 200 per kilogram, kalau untuk ukuran 5 kilogram untung Rp 1.000,” kata Ketut saat ditemui di kantornya, Selasa (16/9/2025).
Menurutnya, usai Bapanas menaikkan HET, banyak distributor menarik pasokan beras karena dilarang menjual di atas HET. Kondisi ini membuat sejumlah pengusaha ritel semakin tertekan.
“Belum lagi (biaya) barcode, biaya member, dan lain-lain, tipis sekali (keuntungan kami),” jelas Ketut.
Ketut menuturkan banyak distributor beras masih menahan stok dan enggan memasukkan produknya ke Ruby karena terbentur harga.
“Belum semua merek beras masuk, belum berani, soalnya (terbentur) harga yang kayak gini. (Mereka) nggak bisa ngikutin harga HET. Itupun (mereka) juga ngeluh, karena untungnya tipis (kalau dijual). Merek-merek yang masuk ke Ruby (hari ini ada) merek Dapurku, Angsa, Bunda, dan beberapa merek lainnya,” bebernya.
Ia berharap pemerintah mempertimbangkan harga riil beras di lapangan sebelum menetapkan HET.
“Dari suplier kan beli tinggi, otomatis jualnya tinggi. Harapan kita pemerintah bisa melihat harga beras yang dijual (secara real). Jangan sampai kita ikuti harga HET, kalau bisa dirubah (lah) harga HET-nya,” harap Ketut.
Pantauan infoBali di toko ritel itu menunjukkan beberapa merek beras paling banyak dicari warga, antara lain Sumber Sari warna biru dan merah, Salam Sejahtera warna hijau dan cokelat, serta merek Dapurku.
“Saya paling suka beras dari merek Sumber Sari. Pulen, enak. Syukur hari ini berasnya bisa masuk. Sudah sepekan saya pakai beras SPHP, karena stok berasnya kosong. Semoga ndak kosong-kosong lagi kayak kemarin,” kata Sakila, salah satu konsumen, Selasa.
Sebagai informasi, HET terbaru untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB) ditetapkan Rp 13.500 per kilogram untuk beras medium dan Rp 14.900 per kilogram untuk beras premium.