Maybank Marathon kembali digelar di Bali tahun ini. Bukan sekadar kompetisi lari yang menyehatkan raga, Maybank Indonesia juga berkomitmen menyehatkan lingkungan. Untuk itu, Maybank Indonesia bekerja sama dengan benihbaik.com meresmikan fasilitas pengelolaan sampah organik di Desa Sanding, Kecamatan Tampaksiring, Jumat (22/8/2025).
Dalam talkshow bertajuk “Jejak Hijau Desa Sanding: Menuju Masa Depan Netral Karbon” tersebut, President Director Maybank Indonesia, Steffano Ridwan mengungkapkan bahwa Desa Sanding akan menjadi desa percontohan yang rendah emisi dan berkelanjutan selanjutnya usai Bantul, Yogyakarta, telah dilaksanakan program serupa.
“Perusahaan kami punya ambisi untuk netral karbon pada 2030. Program ini bisa jadi percontohan ke depannya. Tentunya penting untuk berkelanjutan, tidak bisa hit and run. Namun, tidak bisa dari Maybank saja sehingga perlu kerja sama dengan benih baik, regulator hingga masyarakat,” ucap Steffano.
Fasilitas pengelolaan sampah organik ini telah beroperasi sejak Maret lalu. Warga Desa Sanding tiap harinya menyetorkan sisa makanan (food waste) untuk dikelola berbasis Black Soldier Flies (BSF).
Adapun food waste akan dimakan oleh maggot (bentuk larva dari BSF). Lalu, mereka akan bertumbuh kembang menjadi BSF dengan masa hidup dewasanya mencapai satu pekan. Metode ini terbukti berdampak positif terhadap lingkungan.
“Dengan bantuan Maybank, food waste kami tertanggulangi. Sejak dimulai Maret lalu, kesadaran masyarakat sudah ada 60%. Pendekatan pada pihak perempuan pun dilakukan karena mereka lebih tahu sampah dapurnya,” ungkap Perbekel Desa Sanding, Kompiyang Ambarayusa.
Bangunan seluas 3 are itu mampu menampung food waste berkisar 500 kilogram (kg). Dalam keseharian, food waste warga terkumpul 150 kg. Meningkat saat upacara keagamaan menjadi sebesar 200 kg.
Saat ini, program masih berfokus pada aspek lingkungan dan belum menyentuh aspek ekonominya. Kendati begitu, Kompiyang melihat potensinya pada masa mendatang.
“Saat ini belum ke ekonomi karena baru mulai dan tenaga masih swadaya. Mungkin nanti dibuat tambak lele warga dan pakan ternak kan mengurangi 20%. Protein maggot itu sampai 45% lho,” tambah Kompiyang.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali, Ida Bagus Setiawan, mengapresiasi hadirnya fasilitas pengelolaan sampah organik di Desa Sanding. Menurutnya, selama ini Pemprov Bali sebagai regulator telah mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada lingkungan hidup tapi pengelolaan limbah masih menjadi masalah.
“Ada disparitas dalam regulasi, begitu pula proses tata kelolanya. Tidak serta merta ini pusat, itu provinsi. Di Bali ada 716 desa sehingga penting memulai dari sini karena yang tahu warganya. Semua harus terlibat, komunitas terkecil yang jadi garda terdepan,” imbuh Gus Setiawan.
“Kalau kita tangani dengan serius seperti makan sampai habis dan di pertanian ditangani supaya tidak tercecer, maka kita sudah berkecukupan. Bukan nambah sawah tapi kelola sampah jadi solusinya,” sambung Nirarta Samadhi, Country Director WRI Indonesia.
Desa Sanding dipilih Maybank Indonesia karena masyarakatnya dinilai mau menjadi pusat dalam upaya lebih ramah lingkungan dan berkomitmen di dalamnya. Tentunya, masih banyak yang perlu dikembangkan di Desa Sanding.
Steffano berujar peningkatan teknologi BSF, penggunaan kendaraan rendah emisi bagi warga Desa Sanding hingga hasil fasilitas pengelolaan sampah organik supaya jadi pakan ternak maupun produk ekspor menjadi tugas-tugas berikutnya. Tujuannya, turut mendukung visi Bali nol emisi 2045.
Setidaknya, Maybank Indonesia sudah berani menunjukan komitmen barunya setelah selama lebih dari satu dekade telah memperkenalkan alam Bali yang indah dan mendukung perekonomian UMKM serta horeka (hotel, restoran, dan kafe) lewat gelaran Maybank Marathon. Pada tahun ini, dicanangkan sekitar 14.000 pelari dari 52 negara yang menjadi partisipan.