Mengapa Dokter Kandungan Perempuan Masih Sedikit?

Posted on

Meski kini semakin banyak perempuan yang memilih menjadi dokter obstetri dan ginekologi (obgyn), profesi ini sejak lama dikenal didominasi oleh pria. Muncul pertanyaan mengapa dokter kandungan wanita masih terbilang sedikit dibandingkan pria.

Dokter Fita Maulina, SpOG, salah satu obgyn perempuan yang berpraktik di Siloam Hospital, mengakui bahwa tantangan profesi ini cukup besar, terutama bagi perempuan.

“Salah satu tantangannya adalah karena sebagian besar pekerjaan obgyn berhubungan dengan pembedahan. Praktik juga sering memakan waktu lama,” ujar dr Fita, dilansir dari infoHealth, Rabu (23/4/2025).

Ia menjelaskan bahwa profesi dokter kandungan menuntut kesiapan setiap waktu, terutama saat menghadapi kasus obstetri atau kehamilan. Dokter harus siap dipanggil kapan saja untuk membantu proses persalinan.

“Misal pada kasus obstetri sebagai dokter kandungan, tidak kenal waktu bila sedang bekerja, artinya memang bisa kapan saja harus siap dipanggil atau pergi ke rumah sakit untuk menolong persalinan,” tambahnya.

Terkait kekhawatiran masyarakat terhadap isu kekerasan seksual yang marak, dr Fita mengimbau agar pasien tetap merasa aman saat berkonsultasi dengan dokter obgyn, baik pria maupun wanita. Ia menjelaskan sejumlah hal penting yang perlu diketahui pasien dan pasangan saat berkonsultasi:

Menurut dr Fita, dalam pemeriksaan USG, dokter tidak harus menggunakan dua tangan karena alat probe sudah cukup untuk mendeteksi dan mengikuti pergerakan janin.

“Tanpa harus tangan yang lain memposisikan atau memfiksasi membuat janinnya lebih diam, ataupun rahimnya lebih mudah terlihat,” jelasnya.

Kode etik kedokteran mengatur ketat praktik pemeriksaan USG, termasuk bagi pasien yang belum menikah. USG transvaginal tidak akan dilakukan jika pasien belum pernah berhubungan intim, kecuali ada persetujuan untuk pemeriksaan transrektal.

“Kalau memang belum pernah berhubungan, dokter tidak akan melakukan USG pada lubang kelamin, tetapi kami akan melakukan melalui perut atau menanyakan apakah bersedia melakukan USG melalui saluran pembuangan atau transrektal. Apabila bersedia, maka itu akan dilakukan,” jelas dr Fita.

Ia menambahkan bahwa USG transrektal mampu memberikan visualisasi rahim yang sama jelasnya dengan USG transvaginal.

Pemeriksaan dalam dilakukan pada usia kehamilan cukup bulan, yakni 37 minggu ke atas. Durasi pemeriksaan ini pun sangat singkat.

“Dokter juga tidak ada manuver keluar masuk jari di lubang kemaluan pasiennya dan pemeriksaan dalam dilakukan di usia 37 minggu ke atas yaitu di saat usia kehamilannya sudah cukup bulan,” pungkas dr Fita.

Artikel ini telah tayang di infoHealth. Baca selengkapnya

Edukasi untuk Pasien

1. Pemeriksaan USG Tak Butuh Dua Tangan

2. Ada Kode Etik Ketat

3. Pemeriksaan Dalam Hanya 30 info

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *