Kampung Adat Todo, Pusat Pemerintahan Manggarai Sebelum Indonesia Merdeka

Posted on

Wisatawan yang berkunjung ke Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), tak hanya dimanjakan dengan panorama indah wisata alam dan bahari. Ada pula kampung-kampung adat yang bisa dikunjungi wisatawan. Turis bakal mengalami sensasi berbeda kala mengunjungi kampung-kampung tua di Flores.

Salah satu yang bisa dikunjungi turis adalah Kampung Adat Todo di Desa Todo, Kecamatan Satarmese Utara, Manggarai. Lokasinya tak jauh dari Kampung Adat Wae Rebo di Kecamatan Satarmese Barat. Perjalanan menuju Kampung Adat Todo memakan waktu sekitar 3,5 jam dari Labuan Bajo, Manggarai Barat.

“Kampung Todo merupakan salah satu kampung tua di Manggarai. Kampung ini merupakan pusat pemerintahan lokal Manggarai sebelum Indonesia merdeka, tetapi dalam bentuk kerajaan,” ujar pemandu wisata lokal, Aleksander Lamang, Minggu (27/7/2025).

Niang Todo adalah salah satu daya tarik utama kampung adat ini. Niang Todo, disebut juga Mbaru Niang, merupakan rumah adat Manggarai berbentuk kerucut. Bentuknya bundar dan beratapkan ijuk. Terdapat tujuh Niang Todo di sana. Landskap tujuh Niang Todo ini memberi pemandangan indah bagi pengunjung.

“Di kampung ini kita bisa melihat beberapa rumah adat Manggarai. Di depan rumah adat terdapat batu yang tersusun rapi,” ujar Aleksander.

Keberadaan gendang di Kampung Adat Todo juga menjadi salah satu daya tarik. Gendang itu dipercaya terbuat dari kulit seorang gadis atau Loke Nggerang, sebutan oleh warga kampung. Gendang Loke Nggerang itu dibuat pada masa penjajahan Belanda.

“Terdapat beberapa peninggalan yang masih ada di kampung ini, salah satunya adalah gendang yang terbuat dari kulit seorang gadis,” jelas Aleksander.

Wisatawan yang berkunjung ke Kampung Adat Todo juga bisa melihat lima meriam yang disebut-sebut sebagai peninggalan penjajah Belanda. Versi lainnya menyebut itu meriam yang dibawa oleh nenek moyang Kampung Todo. Di salah satu meriam terdapat tulisan “Liverpool”.

Di Kampung Adat Todo terdapat compang (tempat persembahan) berbentuk persegi empat. Pada bagian atas compang, terdapat delapan buah pemakaman tokoh-tokoh terdahulu yang merupakan keturunan langsung dari raja dan menhir (batu tegak) dengan motif kedok muka.

Wisatawan yang berkunjung ke Kampung Adat Todo, jelas Aleksander, harus memakai atribut lokal, seperti sarung, selendang. Selain itu, pengunjung juga diwajibkan memakai aksesori yang dipakai di kepala, yakni retu untuk pengunjung perempuan dan jongkong bagi laki-laki.

Pengunjung juga memberikan donasi di dalam Niang Todo. Donasi itu diberikan dalam ritus adat Wae Lu’u Mata Do, yaitu penghormatan kepada leluhur.

Setiap pengunjung dipungut tiket masuk sebesar Rp 80 ribu bagi wisatawan nusantara dan Rp 100 ribu bagi turis asing. Khusus untuk pelajar, dipungut tiket Rp 73 ribu. Harga tiket itu termasuk sewa sarung, selendang dan jongkong atau retu. Tiket masuk itu juga termasuk jasa pramuwisata lokal.

Daya Tarik

Aturan Pengunjung

Tiket Masuk

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *