Kakao menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan Bali. Namun, produktivitas tanaman kakao terus menurun akibat usia pohon yang sudah tua. Pemerintah pun mendorong hilirisasi guna memperkuat daya saing produk kakao Indonesia.
Direktur Jenderal Badan Riset dan Pengembangan Pertanian (BRMP) Kementerian Pertanian, Fadjry Djufry, menyebutkan bahwa kakao Indonesia memiliki kualitas yang bagus sehingga banyak diminati pasar internasional.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
“Jadi kalau bicara kakao Indonesia dia sering jadi pencampur, karena titik lelehnya tidak mudah. Jadi coklat Indonesia itu tidak mudah meleleh. Makanya kalau bicara kualitas, kualitas kita lebih bagus,” ujarnya saat menghadiri AFACI Project Evaluation Workshop on PMP+ and SOIL+ di Bali, Selasa (22/7/2025).
Meski memiliki kualitas unggul, Fadjry mengakui tantangan terbesar saat ini adalah rendahnya produktivitas karena usia pohon kakao yang sudah di atas 25 tahun. Rata-rata produksi berada di bawah satu ton per hektare, jauh dari potensi maksimal.
“Cuma memang sekarang kan karena pohon coklat kita sudah umur tua, 25 tahun ke atas, produktivitasnya turun, jadi di bawah 1 ton,” katanya.
Kondisi ini menjadi salah satu alasan pemerintah menggencarkan program hilirisasi pertanian yang didorong langsung oleh Presiden Prabowo melalui Kementerian Pertanian.
“Bayangkan coklat kita kirim raw material, pernah kelapa kita 15 ribu harga kelapa kan, karena kita kirim material semua, bahan mentah, nilai tambahnya tidak di kita,” jelas Fadjry.
Ia menambahkan, selain peremajaan varietas pohon, pemerintah juga menargetkan peningkatan teknologi budidaya dan pasca-panen untuk mendorong produktivitas dan nilai tambah kakao Indonesia.