Fenomena Baru di Tiongkok, Pengangguran Sewa Kantor buat Pura-pura Kerja

Posted on

Fenomena baru muncul di Tiongkok. Banyak pengangguran di sana rela menyewa kantor demi pura-pura kerja. Para pengangguran dapat menyembunyikan fakta mereka tidak memiliki pekerjaan dari keluarga melalui layanan sewa kantor itu.

Dilansir dari infoFinance, fenomena ini muncul akibat meningkatnya jumlah pengangguran di sana. Tingkat pengangguran perkotaan untuk pemuda berusia 16 hingga 24 tahun di Tiongkok sudah mencapai 15,8%. Artinya, satu dari enam orang muda menganggur. Hal itu membuat banyak orang akhirnya putus asa dan memilih untuk pura-pura sukses dengan bekerja di kantor fiktif.

Tren kemunculan layanan sewa kantor ini salah satunya muncul di Provinsi Hubei. Terdapat layanan sewa kantor yang mencakup ruang kantor dan makan siang seharga 30 yuan atau Rp 67.890 (kurs Rp 2.263/yuan) per hari di sana.

“Dengan 29,9 yuan per hari, Anda dapat ‘bekerja’ di sini dari pukul 10 pagi hingga 5 sore, termasuk makan siang,” tulis salah satu penyedia layanan di media sosial (medsos).

Pengguna internet anonim lain juga mempromosikan layanan serupa. Mereka mengenakan biaya 50 yuan atau Rp 113.150 bagi mereka yang ingin berpose sebagai ‘bos’, seperti duduk di kursi kulit dan mengambil foto untuk meyakinkan keluarga mereka.

“Banyak perusahaan besar yang memberhentikan pekerja. Saya punya kantor kosong dan berpikir ini bisa memberi para pengangguran tempat untuk tinggal dan bersosialisasi,” tulis netizen tersebut.

Layanan semacam ini kemudian marak digunakan para pengangguran. Hal itu salah satunya dilakukan oleh Jiawei, mantan karyawan e-commerce dari Hangzhou. Setelah perusahaannya bangkrut, Jiawei menghabiskan hari-harinya di kedai kopi untuk melamar pekerjaan dan mengirim resume.

“Pengangguran memang membuat stres, tetapi saya tidak ingin menularkan hal negatif itu kepada keluarga saya,” kata Jiawei dalam sebuah wawancara.

Jiawei meninggalkan kedai kopi pada waktu sepulang kerja seperti biasanya. Ia juga terkadang keluar larut malam untuk meniru kerja lembur.

Chen, mantan pekerja semikonduktor berusia 29 tahun dari Provinsi Hubei juga melakukan hal serupa. Setelah diberhentikan sekitar 2024, Chen memilih untuk tidak memberi tahu pacarnya.

Chen kemudian menghabiskan hari-harinya di perpustakaan untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian pegawai negeri provinsi. Uang pesangon selama dua bulan ia pakai untuk mempersiapkan itu.

Profesor pekerjaan sosial di Universitas Sains dan Teknologi Wuhan, Zhang Yong, mengatakan fenomena usaha sewa kantor untuk pengangguran pura-pura kerja ini muncul imbas banyaknya tekanan bagi para pekerja, khususnya dewasa muda, untuk sukses.

“Masyarakat memberi banyak tekanan pada orang untuk berhasil dan orang dewasa muda terkadang menetapkan ekspektasi pekerjaan mereka terlalu tinggi. Kejutan tiba-tiba karena kehilangan pekerjaan dapat menyebabkan depresi,” kata Zhang.

Artikel ini telah tayang di infoFinance. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *