FPTI NTB Dorong Pemerintah-Balai TNGR Beri Penghargaan ke Agam Rinjani

Posted on

Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Nusa Tenggara Barat (NTB) mendorong pemerintah dan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) memberikan penghargaan kepada Abdul Haris Agam alias Agam Rinjani beserta sukarelawan lain yang berhasil mengevakuasi jenazah turis Brasil, Juliana Marins. Jenazah Juliana dapat dievakuasi pada Kamis (26/6/2025) seusai jatuh pada Sabtu (21/6/2025).

“Menurut saya, pemerintah dan Balai TNGR perlu memberikan penghargaan atas dedikasi Agam dan relawan lainnya yang bekerja tanpa pamrih berhasil melakukan evakuasi korban,” kata Dewan Pembina FPTI NTB, Muhammad Ihwan, dalam keterangannya, Senin (30/6/2025).

Ihwan mengungkapkan Agam selalu tampil melakukan evakuasi ketika ada pendaki yang terjatuh di Gunung Rinjani. Maka, menurutnya, Agam harus diberikan apresiasi yang luar biasa dan menjadikan hal ini sebagai momentum untuk membenahi sistem.

Di samping itu, Ihwan juga mengkritisi kurangnya koordinasi dan kesiapan dalam menghadapi situasi darurat di kawasan Gunung Rinjani. Menurutnya, mitigasi bencana harus menjadi prioritas dalam pengelolaan destinasi wisata alam, bukan sekadar mengejar pemasukan dari pariwisata.

“Kita tidak bisa terus-menerus hanya menjual kenikmatan tanpa menjamin keselamatan. Hal seperti ini tidak sehat. Kita harus berpikir ulang bagaimana sistem penanganan bencana di Rinjani,” ujar Ihwan.

Ihwan pun mengusulkan agar Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, segera duduk bersama pemerintah pusat dan Balai TNGR untuk merumuskan formula mitigasi bencana yang komprehensif dan berkelanjutan. Menurutnya, perlu ada kejelasan tentang siapa yang bertanggung jawab jika terjadi musibah di Rinjani.

“Harus ada pola koordinasi yang jelas. Siapa berbuat apa, bagaimana sarana, dan prasarana disiapkan, jangan hanya fokus pada pendapatan,” jelas Ihwan.

Selain soal teknis mitigasi, Ihwan juga mengingatkan pentingnya menjaga kearifan lokal sebagai bagian dari pendekatan budaya dalam menjaga kelestarian Gunung Rinjani. Ia mencontohkan tradisi ‘nyembeq’ (ritual berdoa) bisa dijadikan pembelajaran bagi para pendaki agar menghormati alam dan adat istiadat setempat.

“Tradisi lokal seperti ‘nyembeq’ harus tetap dilestarikan. Itu bisa memberi sugesti positif kepada para pendaki agar menjaga sopan santun dan tidak semena-mena saat berada di gunung,” tutur Ihwan.

Ihwan juga berharap insiden tragis yang menimpa pendaki Juliana Marins dan pendaki lain beberapa waktu lalu menjadi titik balik bagi semua pihak, baik pemprov, kabupaten/kota, masyarakat adat hingga sukarelawan untuk bersama-sama mengevaluasi sistem pengelolaan dan penanganan bencana di kawasan Gunung Rinjani.

“Kita sangat malu dengan kejadian ini. Jika kita ingin Rinjani tetap menjadi primadona wisata, maka keselamatan wisatawan harus menjadi hal utama,” tegas Ihwan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *