Kepergian Komang Alam Sutawan untuk selamanya di arena sabung ayam (tajen) Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Bangli, membuat keluarganya syok. Keluarga pun mengenang sosok pria berusia 37 tahun itu.
Paman Komang Alam yang enggan disebutkan namanya kala ditemui di rumah duka di Desa Songan menuturkan keponakannya adalah anak yang senang bersih-bersih. Bahkan, seluruh rumah yang dimiliki keluarga dirawat oleh Komang Alam.
“Biasanya dia yang bersih-bersih. Anaknya leh (bersih). Bahkan, tidur bisa sama anjing karena rajin dibersihin,” kenang sang paman sambil menunjukkan foto mendiang Komang Alam di pantai bersama seekor anjing.
Semasa hidup, Komang alam saudara berlima. Namun, karena pamannya tidak punya anak, ia lantas menjadi anak angkat sang paman. Ia juga kerap disapa Komang Toris oleh keluarga dan teman-temannya. Alasannya, wajah Komang Alam yang mirip bule.
Kepergian Komang Alam begitu menyedihkan bagi keluarga. Terlebih, kepergiannya terjadi menjelang Komang Alam menikah pada Juli mendatang. Calon istri Komang Alam dan keluarganya juga terpukul akibat kejadian ini.
Komang Alam, tutur sang paman, adalah tipikal pekerja keras. Meski orang tua angkatnya sejahtera secara ekonomi, Komang Alam tetap bekerja untuk persiapan pernikahan. Padahal, orang tuanya sudah siap membiayai pernikahan.
“Dia tetap bekerja keras untuk pernikahannya ini. Padahal, almarhum bapaknya sudah ada modal,” ucap sang paman.
Komang Alam sudah membuat foto prewedding pada Desember 2024. Upacara ngidih (meminang) juga sudah digelar. Namun, pernikahan Komang Alam tidak segera berlangsung seusai upacara ngidih karena ada kematian dari keluarga mempelai perempuan.
Sebagai pria yang pekerja keras, Komang Alam semasa hidupnya melakoni sejumlah pekerjaan sebelum terjun ke dunia tajen. Salah satunya, Komang Alam mempunyai usaha tato.
“Komang dahulu sempat jadi tukang tato di Kuta karena anaknya berjiwa seni. Itu kenapa badannya banyak tato. Kira-kira saat COVID-19 usahanya sepi sehingga kembali ke Songan,” kisah paman Komang Alam.
Komang Alam semasa hidupnya juga berpindah-pindah. Ia awalnya hidup bersama ayahnya di Buleleng, Sulawesi, Denpasar, dan baru balik ke Desa Songan. Komang bersama ayahnya paling lama tinggal di Desa Madenan, Kecamatan Tejakula, Buleleng. “Karena ibunya di sana,” tutur sang paman.
Diberitakan sebelumnya, nyawa I Komang Alam Sutawan melayang seusai terlibat duel maut dengan I Wayan Luwes alias Mangku Luwes di arena sabung ayam atau tajen di Banjar Tabu, Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali. Video keributan yang menewaskan Komang Alam tersebut viral di media sosial (medsos).
Peristiwa berdarah di arena tajen itu terjadi pada Sabtu (14/6/2025) sekitar pukul 12.00 Wita. Polisi menyebut Mangku Luwes merupakan seorang mantan narapidana kasus pembunuhan sekitar tahun 2016-2017. Lawan duel Komang Alam itu bahkan pernah mendekam di Lapas Nusa Kambangan.