8 Contoh Cerpen Liburan Sekolah SD-SMP: Lucu, Inspiratif, dan Menyentuh Hati

Posted on

Para siswa sudah mulai masuk sekolah setelah menikmati libur panjang semester 2 2024/2025. Biasanya siswa akan diberikan tugas oleh guru Bahasa Indonesia untuk menulis cerita pendek atau cerpen tentang liburan sekolah dengan berbagai tema.

Menulis cerpen bertema liburan sekolah bisa melatih kreativitas sekaligus menjadi sarana refleksi yang menyenangkan. Berikut ini beberapa contoh cerpen liburan sekolah yang inspiratif, lucu, hingga menyentuh, cocok untuk referensi tugas sekolah atau sekadar hiburan.

Saat liburan sekolah kemarin, aku merasa sangat gembira karena bisa menghabiskan lebih banyak waktu di rumah bersama ibu. Kami telah merencanakan banyak kegiatan seru, dan salah satunya adalah membuat kue coklat. Pada suatu pagi yang cerah, kami memutuskan untuk membuat kue.

Kami mengumpulkan semua bahan seperti tepung, gula, mentega, dan tentunya coklat. Ibu mengajarkan cara mengukur bahan dengan tepat dan mencampurnya dalam wadah. Sambil tertawa dan bercanda, kami berdua menikmati setiap proses pembuatan kue tersebut.

Ketika adonan kue telah siap, aku dengan hati-hati menuangkannya ke dalam loyang. Ibu membantu mengatur suhu oven dan memasukkan loyang berisi adonan ke dalamnya.

Sambil menunggu kue matang, kami duduk di meja dapur, menikmati aroma manis dari kue. Kami berbicara tentang banyak hal, dari cerita masa kecil ibu hingga rencana liburanku berikutnya. Momen-momen seperti ini sangat berharga bagiku, karena aku merasa lebih dekat dengan ibu.

Akhirnya, kue coklat pun matang dan siap untuk dinikmati. Dengan penuh antusias, aku dan ibu memotong kue tersebut dan mencicipinya. Rasanya begitu lezat, dengan tekstur yang lembut dan rasa coklat yang kaya. Kami berdua tersenyum puas, merasa bangga dengan hasil kerja kami.

Hari itu menjadi salah satu hari liburan yang paling menyenangkan bagiku. Aku belajar banyak hal baru, tidak hanya tentang membuat kue, tetapi juga tentang arti kebersamaan dan kasih sayang keluarga.

Selama liburan sekolah kali ini, aku memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama ayah dengan belajar memasak. Salah satu menu favorit kami adalah ikan gurame asam manis.

Pagi itu, ayah dan aku pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan segar seperti ikan gurame, bawang merah, bawang putih, cabai, tomat, dan saus tomat. Kami berdua sangat antusias untuk mencoba memasak menu yang biasanya hanya kami nikmati di restoran.

Kembali ke rumah, ayah memandu langkah demi langkah proses memasak. Aku membantu mencuci ikan dan memotong-motong bahan-bahan lain sesuai dengan petunjuk ayah. Kami berdua bekerja sama dengan hati-hati, mencampurkan bumbu dan saus hingga tercampur merata.

Proses memasaknya sendiri juga membutuhkan perhatian khusus, seperti menggoreng ikan hingga kecoklatan dan mencampurnya dengan saus asam manis yang kental. Ketika aroma harum ikan gurame asam manis mulai menyebar di dapur, kami berdua merasa sangat puas dengan hasil kerja keras kami. Kami menyajikan masakan tersebut dengan bangga di meja makan.

Sambil menikmati hidangan yang lezat, kami berbincang-bincang tentang rencana liburan kami selanjutnya dan juga berbagi cerita lucu tentang masa kecil. Hari itu tidak hanya mengajarkan aku cara memasak menu yang baru, tetapi juga menguatkan hubungan aku dengan ayah, membangun kenangan yang tak terlupakan selama liburan sekolah ini.

Liburan sekolah akhirnya tiba! Aku, Fikri, sudah berencana jauh-jauh hari untuk menghabiskan waktu di rumah nenek di desa. Aku bayangkan pagi-pagi memetik mangga, siang tidur di bale bambu, dan sore bermain layangan di sawah.

Tapi rencana tinggal rencana.

“Fik, kamu siap? Kita berangkat ke rumah Pakde di kota!” kata Ibu dengan semangat.

Aku kaget. “Lho Bu, katanya mau ke rumah Nenek?”

“Nenek lagi pergi umrah, Fik. Kita ke rumah Pakde aja, seru kok!” jawab Ibu sambil menarik koperku.

Dan begitulah, aku resmi ‘nyasar’ ke kota. Di rumah Pakde yang super rapi dan wangi cairan pembersih lantai, aku tidak boleh lari-larian, tidak boleh nyalain TV keras-keras, bahkan tidak boleh makan di ruang tamu. Aku seperti pindah ke asrama militer.

Puncaknya, waktu aku iseng-iseng main ke halaman dan melihat seekor ayam lewat. Aku teriak kegirangan, “Ayam! Ada ayam!” Aku kejar sambil teriak-teriak seperti di desa. Eh, ternyata itu ayam peliharaan tetangga yang baru ikut lomba kontes ayam hias.

Pakde cuma bisa geleng-geleng sambil bisik ke Ibu, “Anakmu benar-benar liburan kok kayak mau syuting sinetron komedi.”

Meski bukan liburan yang aku bayangkan, aku tetap bersyukur. Soalnya, aku pulang bawa oleh-oleh paling berkesan: foto bareng ayam hias dan cerita lucu buat ditulis di tugas Bahasa Indonesia nanti.

Liburan sekolah kali ini, Ayah mengajak kami piknik ke Pantai Ceria. Dari namanya saja aku sudah yakin ini akan jadi liburan paling menyenangkan sepanjang sejarah hidupku.

“Ayah sudah siapkan semuanya!” kata Ayah dengan bangga sambil membawa tikar, bekal, bola, dan… payung warna pink bergambar unicorn.

“Yah… itu payung adik, lho.”

“Yang penting fungsinya!” jawab Ayah mantap.

Sesampainya di pantai, aku langsung lari ke laut seperti di film-film. Tapi kenyataannya, baru juga celup kaki, aku langsung terguling kena ombak kecil. Pas bangun, pasir sudah masuk ke mulut, hidung, dan bahkan kupingku. Rasanya seperti ditabok sama pantai.

Adikku juga nggak kalah kocak. Dia berusaha membangun istana pasir, tapi terus dihancurin oleh seekor kepiting yang lewat. Adik pun teriak, “Ibu! Istana kita diserang musuh!!” sambil lari-lari keliling tikar.

Puncaknya, Ayah mencoba bermain bola di pasir. Tapi karena terlalu semangat, bola malah mental ke arah orang tak dikenal yang lagi makan. Nasi goreng orang itu terbang ke udara seperti adegan lambat di film laga.

Kami semua diam.

Orang itu berdiri pelan-pelan… lalu tertawa. “Udah lama nggak lihat liburan seabsurd ini,” katanya.

Akhirnya kami semua tertawa juga. Liburan kami mungkin berantakan, tapi sangat berkesan. Dan pastinya… Pantai Ceria benar-benar bikin ceria, walau lebih ke arah ketawa campur malu.

Selama liburan sekolah kali ini, aku dan teman-teman sekelas memutuskan untuk mengikuti kegiatan bersih-bersih taman kota. Pagi itu, kami berkumpul di taman dengan membawa peralatan seperti sapu, kantong sampah, dan sarung tangan.

Kami bekerja sama membersihkan sampah-sampah yang berserakan, mencabut rumput liar, dan merapikan tanaman. Suasana penuh semangat dan keceriaan, kami bercanda sambil bekerja dan merasa senang bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungan.

Setelah taman terlihat bersih dan rapi, kami memutuskan untuk melanjutkan hari dengan bermain di alun-alun kota. Di sana, kami bermain berbagai permainan seperti sepak bola, bulu tangkis, dan bersepeda.

Sore itu terasa sangat menyenangkan, kami tertawa dan bersenang-senang bersama tanpa beban tugas sekolah. Melihat matahari mulai terbenam, kami memutuskan untuk duduk-duduk di bangku taman menikmati indahnya sore.

Untuk mengisi perut yang mulai lapar, kami membeli siomay dan es buah dari pedagang kaki lima di sekitar alun-alun. Kami duduk melingkar, menikmati makanan lezat sambil berbincang tentang banyak hal, mulai dari rencana liburan berikutnya hingga cerita-cerita seru yang terjadi di sekolah.

Sore itu terasa begitu sempurna dengan kebersamaan dan kehangatan persahabatan. Liburan sekolah kali ini memberikan kenangan indah yang tak terlupakan, mengajarkan pentingnya kerja sama dan kebersamaan.

Saat liburan sekolah kemarin, aku memutuskan untuk bergabung dengan panitia pertunjukan seni yang diadakan oleh pemerintah desa Sukamaju. Aku ditugaskan di divisi acara, yang bertanggung jawab untuk mengatur jalannya pertunjukan.

Setiap hari, aku dan teman-teman panitia lainnya berkumpul di balai desa untuk merencanakan berbagai hal, mulai dari jadwal acara, daftar penampil, hingga dekorasi panggung. Semangat dan antusiasme kami sangat tinggi, karena kami ingin membuat pertunjukan ini menjadi sukses besar dan menghibur seluruh warga desa.

Hari pertunjukan pun tiba. Sejak pagi, kami sibuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Aku mengatur urutan penampilan, memastikan setiap penampil siap dengan segala kebutuhannya, dan berkoordinasi dengan tim lain untuk memastikan semua berjalan lancar.

Suasana semakin meriah ketika warga mulai berdatangan, dan melihat senyum mereka membuat kami merasa semua kerja keras ini sangat berarti. Pertunjukan dimulai dengan tarian tradisional yang memukau, diikuti dengan berbagai penampilan lain seperti nyanyian, drama, dan permainan musik.

Ketika acara berlangsung dengan lancar tanpa hambatan berarti, rasa puas dan bangga pun memenuhi hatiku. Melihat kebahagiaan dan tawa warga desa adalah penghargaan terbesar bagi kami. Setelah acara selesai, kami duduk bersama untuk menikmati makanan yang disediakan dan saling mengucapkan selamat atas keberhasilan ini.

Liburan sekolah kali ini memberikan pengalaman berharga bagiku, mengajarkan tentang kerja tim, tanggung jawab, dan betapa menyenangkannya menjadi bagian dari sesuatu yang membawa kebahagiaan bagi banyak orang.

Liburan sekolah kali ini terasa sepi. Tidak ada suara tawa Dira, sahabatku yang biasanya datang ke rumah setiap pagi dengan sepeda birunya. Tahun ini, Dira dan keluarganya pindah ke kota lain. Katanya sih cuma “pindah sementara”, tapi rasanya seperti kehilangan sesuatu yang besar.

Aku menghabiskan liburan dengan membuka-buka album foto lama. Di halaman terakhir, ada foto kami berdua saat masih SD, tertawa sambil menggenggam es krim yang meleleh. Di balik foto itu, Dira menulis dengan pulpen ungu: “Kita nggak akan berubah, ya. Sahabat selamanya.”

Aku tersenyum kecil, lalu mendesah pelan. Aku rindu Dira.

Sampai suatu siang, aku menemukan amplop di teras rumah. Namaku tertulis dengan tulisan tangan yang sangat aku kenali.
Isinya surat dari Dira.

“Hai, Tiara!

Gimana liburannya? Aku kangen banget. Di sini sekolahnya gede, tapi belum ada yang bisa diajak main petak umpet sambil ketawa ngakak kayak kamu.

Nanti kalau aku liburan, aku janji akan ke rumahmu bawa cerita banyak banget. Jangan lupa aku, ya. Aku selalu simpan gelang persahabatan kita di tas sekolahku.”
Mataku panas. Rasanya seperti Dira baru saja duduk di sampingku dan berkata itu langsung.

Hari itu juga, aku membalas suratnya. Bercerita soal rumah, tentang pohon mangga yang sekarang mulai berbuah lagi, dan tentang bagaimana aku masih menyisakan satu tempat di ayunan belakang-buat Dira.

Liburan ini memang sunyi, tapi surat dari sahabat membuatnya terasa hangat. Aku belajar, meskipun jarak memisahkan, kenangan dan kasih sayang tetap bisa tinggal. Bahkan dalam secarik kertas sederhana.

Liburan sekolah kali ini aku tidak pergi ke mana-mana. Tidak seperti teman-temanku yang pamer foto di taman hiburan atau jalan-jalan ke luar kota. Aku hanya tinggal di rumah, membantu Ibu berjualan di warung kecil depan gang.

Setiap pagi, Ibu bangun sebelum subuh. Aku ikut membantu menata barang dagangan: mie instan, sabun, jajanan, dan roti. Kadang aku ingin mengeluh, tapi melihat Ibu tersenyum sambil menyeduh kopi, rasanya semua jadi ringan.

Satu hari, hujan turun deras saat kami masih membuka warung. Aku buru-buru mengangkat kardus ke dalam, tapi air sudah membasahi sebagian barang. Aku panik.

Namun Ibu hanya tertawa kecil dan mengambil payung merah tua yang selalu ia simpan di gantungan.

“Payung ini sudah menemani Ibu sejak kamu kecil. Dulu Ibu pakai ini ke pasar saat hujan, sambil gendong kamu,” kata Ibu sambil memayungi dagangan yang masih tersisa.

Aku terdiam. Payung itu sudah agak robek di ujung, warnanya mulai pudar, tapi tetap Ibu andalkan. Aku baru sadar, banyak hal sederhana yang Ibu lakukan tanpa mengeluh-semuanya demi aku.

Malam harinya, aku mencari kain perca dan lem untuk mencoba menambal payung itu. Meski hasilnya jelek, Ibu memelukku erat.

“Liburan kali ini kamu nggak ke mana-mana, tapi kamu tumbuh jadi anak yang tahu cara pulang ke hati Ibu,” katanya sambil tersenyum.

Aku menangis diam-diam malam itu. Ternyata, liburan tak harus penuh foto dan perjalanan jauh. Kadang cukup dengan satu payung merah, dan cinta yang tak pernah lekang oleh hujan.

Liburan Sekolah di Rumah Saja

1. Judul: Mengisi Waktu Libur dengan Membuat Kue

2. Judul: Belajar Memasak Ikan Gurame Saus Asam Manis Saat Libur Sekolah

Liburan Sekolah Lucu

3. Judul : Liburan yang Nyasar

4. Judul: Kacau di Pantai Ceria

Liburan Inspiratif

5. Judul: Mengisi Waktu Liburan dengan Mengikuti Kegiatan Bersih Taman Kota

6. Judul: Berpartisipasi sebagai Panitia Pertunjukan Seni di Desa untuk Mengisi Waktu Libur Sekolah

Liburan yang Menyentuh

7. Judul: Surat dari Sahabat Lama

8. Judul: Payung Merah Ibu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *