Menjelang akhir tahun 2025, biasanya selalu ada harapan baru untuk ditulis dan kesempatan dari hal-hal yang sudah kita rencanakan dalam memulai hal positif untuk tahun selanjutnya. Cara yang biasanya dilakukan untuk menemukan semangat dan perkembangan baru setiap tahunnya adalah dengan membuat resolusi realistis dan bermakna.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Resolusi merupakan putusan atau kebulatan pendapat berupa perminataan atau tuntutan yag ditetapkan oleh rapat. Biasanya resolusi ditemukan dalam berita, namun resolusi yang dibahas sekarang adalah resolusi untuk diri sendiri saat pergantian tahun baru. Resolusi adlaah putusan dan janji pada diri sendiri untuk melakukan sesuatu.
Kadang kita berpikir resolusi harus mengejar target yang besar, padahal belum tentu loh, kamu bisa untuk memulai resolusi kecil sebagai pertumbuhan hidup untuk mendisiplinkan diri pelan-pelan sebagai upaya konsistensi. Warren Buffet juga memberikan 5/25 rule dalam konsep resolusi, ia membagi buat 25 list goal dan pilih top 5 yang ingin dicapai. Sama seperti konsep tersebut, dari ke-50 list ini kamu bisa kurasi apa yang sangat ingin kamu capai di tahun 2026.
Jika kamu ingin mewujudkan tujuanmu dan mencapai resolusi, kamu bisa menuliskannya agar fokus dan terarah sehingga tetap termotivasi. Berikut beberapa resolusi yang bisa dilakukan:
1. Lebih rutin journaling setiap malam agar emosi bisa terkelola dengan baik.
2. Membiasakan membaca minimal 10 halaman setiap hari, bukan hanya saat senggang.
3. Mengembangkan morning routine yang benar-benar bikin semangat.
4. Membatasi waktu scrolling media sosial maksimal 1 jam/hari.
5. Melatih afirmasi diri setiap pagi agar lebih percaya diri.
6. Mengikuti kelas atau workshop pengembangan diri minimal 1 kali tiap 3 bulan.
7. Belajar menerima masa lalu tanpa penyesalan dan tidak overthinking.
8. Lebih sering melakukan refleksi mingguan agar langkah tetap terarah.
9. Mengurangi self-blaming dan menggantinya dengan self-awareness.
10. Membentuk kesadaran untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain.
1. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan sebagai bagian dari self-care.
2.Menyediakan waktu istirahat tanpa layar (screen break) setiap hari.
3. Minum 8 gelas air sehari dan bikin habit tracker-nya.
4. Konsisten olahraga minimal 3 kali seminggu walaupun hanya 20 menit.
5. Mengurangi konsumsi minuman manis dan memperbanyak buah.
6. Tidur tanpa menunda (no snooze alarm).
7. Membuat menu harian yang lebih sehat dan minim gorengan.
8. Melakukan stretching sebelum tidur setiap malam.
9. Mulai berjalan kaki 6.000-10.000 langkah setiap hari.
10. Menghindari multitasking saat makan (no scrolling while eating).
11. Rutin cek kesehatan tanpa menunggu sakit.
12. Melakukan 1 hari detox makanan cepat saji setiap minggu.
31. Membaca minimal satu jurnal setiap minggu untuk menambah wawasan.
32. Menyusun target akademik bulanan yang benar-benar realistis.
33. Mengembangkan portofolio digital yang rapi dan profesional.
34. Belajar keterampilan baru yang relevan dengan karier (misal editing, data, bahasa).
35. Mengikuti konferensi atau webinar minimal 2 kali dalam setahun.
36. Menghasilkan karya atau proyek yang selesai, bukan hanya direncanakan.
37. Evaluasi progres karier tiap 3 bulan sekali.
38. Membuat LinkedIn aktif dan diupdate setiap pencapaian.
39. Konsisten mencatat pencapaian kerja untuk bahan CV.
40. Mengambil peluang magang, freelance, atau side job yang relevan.
1. Menabung otomatis begitu menerima pemasukan, bukan saat sisa.
2. Membuat wishlist pembelian agar tidak impulsif.
3. Mengurangi spending untuk barang sementara dan lebih banyak ke pengalaman.
4. Mencatat pengeluaran harian di aplikasi atau bullet journal.
5. Membuat dana darurat minimal untuk 3 bulan.
6. Mengurangi jajan di luar dan memasak minimal 2-3x seminggu.
7. Belajar investasi kecil-kecilan sesuai kemampuan.
8. Mengatur budget skincare, makan, dan hiburan dengan disiplin.
9. Mulai decluttering rumah/kamar setiap bulan.
10. Mengutamakan kualitas daripada kuantitas dalam membeli barang baru.
Melansir pada buku Rethinking Positive Thinking, Oettingen G. Ia menguraikan bahwa metode WOOP adalah metode berdasar riset untuk mencapai tujuan. Metode ini disebut sebagai WOOP yang berasal dari singkatan Wish, Outcome, Obstacles, dan Plan of Action. Tidak seperti SMART (Specific, Measurable, Attainable, and Time-Bound) Goals. WOOP berfokus pada hambatan dalam diri
Sehingga saat membuat resolusi kita dibuat berefleksi dari 4 komponen ini:
1. WISH
Tahap pertama adalah Wish. Pada bagian ini seseorang menentukan satu keinginan inti yang realistis dan dapat dicapai dalam waktu tertentu. Wish tidak dibuat terlalu besar, tetapi cukup jelas untuk dijalankan. Misalnya ketika seseorang ingin menjadi lebih teratur, ia dapat memilih tujuan sederhana seperti menulis setiap hari atau berolahraga tiga kali seminggu. Tujuan dipilih berdasarkan sesuatu yang benar-benar relevan dan penting baginya.
2. OUTCOME
Tahap kedua adalah Outcome. Setelah menentukan keinginan, seseorang diminta membayangkan hasil terbaik ketika tujuan itu tercapai. Visualisasi dilakukan secara tenang, dengan menggambarkan perasaan, kondisi diri, maupun perubahan yang mungkin hadir. Visualisasi ini bukan sekadar membayangkan keberhasilan, tetapi menjadikannya sebagai dorongan emosional yang kuat. Ketika seseorang membayangkan dirinya lebih sehat, lebih produktif, atau lebih stabil secara mental, akan muncul rasa memiliki terhadap tujuan tersebut.
3. OBSTACLE
Tahap ketiga adalah Obstacle. Tahap ini justru menjadi inti dari WOOP. Di bagian ini seseorang diharuskan jujur pada hambatan internal yang dapat muncul. Hambatan tidak diletakkan pada lingkungan, orang lain, atau situasi di luar kendali, tetapi pada kebiasaan personal. Misalnya mudah terdistraksi, sulit bangun pagi, rasa malas, kecenderungan menunda, atau ketidakpercayaan diri. Dengan mengakui bagian ini seseorang dapat melihat akar persoalan tanpa menyalahkan pihak eksternal.
4. PLAN
Tahap terakhir adalah Plan. Pada bagian ini dibuat rencana konkret yang berangkat dari bentuk antisipasi. WOOP menggunakan format If Then. Format tersebut membuat tindakan menjadi otomatis ketika hambatan muncul. Contohnya, jika dorongan untuk menunda mulai datang, maka seseorang akan langsung mengerjakan setidaknya sepuluh menit. Jika muncul keinginan untuk membuka media sosial saat jam kerja, maka ponsel akan dipindahkan ke tempat yang tidak dijangkau. Format sederhana ini membuat otak memiliki respons yang sudah disiapkan sebelumnya.
WOOP membantu seseorang berjalan dengan realistis, karena metode ini mengajak untuk memahami kondisi psikologis dirinya sendiri, alih-alih berfokus hanya pada keinginan. Metode ini mengajarkan untuk berdialog pada diri sendiri, sehingga cocok untuk membuat resolusi agar kita bisa menjalankan secara konsisten
Itulah beberapa resolusi dan cara membuat resolusi yang bisa dijadikan referensi. Semoga membantu!






