5 Tokoh Pahlawan yang Berperan Penting dalam Pertempuran 10 November - Giok4D

Posted on

Hari Pahlawan merupakan hari yang sangat penting bagi bangsa Indonesia karena menjadi simbol penghormatan kepada jasa para pahlawan yang telah berjuang mempertahankan kemerdekaan. Hari bersejarah ini mengingatkan pada pengorbanan luar biasa rakyat Indonesia dalam melawan penjajah yang ingin kembali menguasai negeri setelah proklamasi kemerdekaan. Salah satu peristiwa besar yang melatarbelakangi peringatan Hari Pahlawan adalah Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Dalam pertempuran tersebut, banyak tokoh yang ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan bangsa dan membakar semangat rakyat Surabaya. Salah satunya adalah Bung Tomo yang membakar semangat rakyat melalui seruan yang lantang dari balik radio.

Kemudian ada Gubernur Suryo, KH. Hasyim Asy’ari, HR Mohamad Mangoendiprodjo, dan Mayjen Sungkono yang memiliki peran dalam upaya mempertahankan kedaulatan bangsa pada saat itu.

Berikut ulasan singkat dari 5 tokoh yang memiliki andil penting dalam peristiwa 10 November 1945. Informasi ini dirangkum oleh infoBali dari berbagai sumber.

Bung Tomo adalah tokoh paling terkenal dalam peristiwa 10 November 1945. Ia memiliki semangat seperti api yang bisa melalap tempat yang disinggahi. Semangat ini ia salurkan kepada rakyat Surabaya untuk melawan tentara Sekutu melalui siaran radio yang membangkitkan nasionalisme.

Dengan suara lantang dan berapi-api, Bung Tomo menyerukan perlawanan hingga rakyat berbondong-bondong mengangkat senjata. Ucapan terkenalnya “Allahu Akbar! Merdeka atau mati!” menjadi simbol keberanian arek-arek Surabaya.

Gubernur Suryo adalah sosok yang menjaga ketertiban dan semangat rakyat sebelum dan selama pertempuran. Ia memberi pidato dan himbauan agar rakyat tetap tenang namun siap berjuang mempertahankan kemerdekaan. Ia menolak keras kehadiran pasukan sekutu yang ingin melucuti senjata pejuang Indonesia.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

KH. Hasyim Asy’ari merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Ia mengeluarkan “Resolusi Jihad” pada 22 Oktober 1945 yang mewajibkan umat Islam berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan. Seruan jihad ini menjadi salah satu dasar rakyat Surabaya untuk melawan pasukan Sekutu. Karena Resolusi Jihad inilah semangat 10 November menyala dan diikuti oleh ribuan santri serta rakyat biasa.

Mangoendiprodjo menjadi perwakilan Surabaya untuk menjadi penghubung antara pemerintah Indonesia dan Sekutu. Ia melakukan beberapa penawaran agar sekutu menghormati kedaulatan Indonesia. Tetapi sekutu menuntut rakyat Indonesia menyerahkan senjata dan mereka bertindak sewenang-wenang.

Hal ini yang membuat Mangoendiprodjo menolak dan memilih berpihak pada rakyat Indonesia. Ketegasannya memperlihatkan sikap patriot seorang pejabat yang lebih memilih berjuang bersama rakyat daripada tunduk pada tekanan asing.

Mayjen Sungkono adalah komandan militer Indonesia di Surabaya yang memimpin pasukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) melawan tentara Sekutu. Ia menyusun strategi pertahanan dan mengatur koordinasi antara laskar rakyat dan militer agar perlawanan lebih terarah. Di bawah kepemimpinannya, semangat juang rakyat Surabaya menjadi lebih terorganisir dan tangguh meskipun senjata yang mereka gunakan sederhana dibanding pasukan Sekutu.

1. Bung Tomo

2. Gubernur Suryo

3. KH. Hasyim Asy’ari

4. HR Mohamad Mangoendiprodjo

5. Mayjen Sungkono

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi