Hari Ibu di Indonesia diperingati setiap tahunnya pada 22 Desember. Peringatan ini menjadi momen yang baik untuk berterima kasih dan mengungkapkan rasa sayang kepada ibu.
Ada banyak cara untuk menyampaikan perasaan kita untuk orang yang paling kita kasihi tersebut. Salah satunya dengan menyampaikan perasaan lewat puisi bertema ibu.
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra sekaligus media untuk menggambarkan ekspresi manusia melalui keindahan bahasa. Sejak dulu, ada banyak puisi tentang ibu yang ditulis oleh penyair senior hingga penyair muda dari seluruh dunia.
Berikut adalah lima puisi menyentuh yang ditulis oleh Chairil Anwar hingga Gus Mus untuk memaknai peringatan Hari Ibu:
Karya Chairil Anwar
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu…
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu…
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun…
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu…
Ibu…
Aku sayang padamu…
Tuhanku….
Aku bermohon pada-Mu
Sejahterakanlah dia
Selamanya…
Karya KH Ahmad Mustofa Bisri/Gus Mus
Ibu
Kaulah gua teduh
tempatku bertapa bersamamu
sekian lama
Kaulah kawah
dari mana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi yang tergelar lembut bagiku
Melepas lelah dan nestapa
gunung yang menjaga mimpiku
siang dan malam
mata air yang tak brenti mengalir
membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain
berenang dan menyelam
Kaulah, ibu, laut dan langit
yang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan
yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga
di telapak kakimu
(Tuhan, aku bersaksi
ibuku telah melaksanakan amanatMu
menyampaikan kasih sayangMu
maka kasihilah ibuku
seperti Kau mengasihi
kekasih-kekasihMu
Amin).
Karya Muhammad Arifin
Hanya gusar yang kuraba
dalam timangan waktu
dan tegak paruh usiamu
merengkuhmu adalah sebagai jawaban
Rumah ini mengisahkan serambi surga
kau lipat segala tanya
tentang waktu
jendela dan dapur istimewa
Kasihmu, tak mampu kuhanyutkan
bersama dingin malam hanya cemas-kian larut
di keningmu yang susut
Tak ada kepulangan yang kukenali
sebagai rumah, atas hadirmu
merupa segala yang terbata
berlindung dari mara bahaya
Betapa pengembaraanku
hanya menjelma bias doa bagimu
ketika hari sudah letih ragu
hadirmu menerangi tanpa jemu.
Aku menemukanmu, bu
berlindung menghantarkan tidur kecilku
dalam dekapmu
aku melihat nasihat tuhan
memantulkan sabda dan cinta seutuhnya.
Karya Rizka Diyah Suryani
Tak terkira keindahan kasih seorang ibu,
Seperti bunga mekar di taman hatiku.
Dia peluk erat dalam angin sejuk malam,
Menyusuri mimpi dalam pelukan ku.
Saat malam hari bintang-bintang bersinar,
Dia duduk di sampingku, menceritakan cerita,
Tentang pahlawan-pahlawan dalam dongeng tua,
Yang mengajari ku arti cinta sejati.
Tatapannya hangat, senyumnya tulus,
Menghapus semua luka di hatiku yang terluka.
Dia adalah pelindungku, pahlawan ku yang sejati,
Tak ada yang bisa menggantikan dirinya.
Ketika aku jatuh, dia selalu ada,
Mengangkat ku kembali, memberi semangat.
Tak pernah lelah, tak pernah menyerah,
Dia adalah ibuku, cinta sejati.
Di dalam peluknya, aku merasa aman,
Seperti kapal yang berlabuh di pelabuhan.
Dia adalah cahaya di dalam kegelapan,
Ibu tercinta, takkan pernah pudar.
Kemarahan yang penuh kasih, nasihat yang bijak,
Dia mengajarkan ku tentang hidup ini.
Dia adalah guru terbaik yang pernah kumiliki,
Ibu tercinta, kau takkan tergantikan.
Ketika badai menghantam dan hidup terasa berat,
Dia selalu ada, memberi ku kekuatan.
Dia adalah pelukan ku yang penuh kasih,
Ibu tercinta, kau adalah harta berharga.
Bunga-bunga mekar, angin berbisik lembut,
Semua mengingatkan ku pada kasih ibuku.
Dia adalah permata berharga dalam hidupku,
Ibu tercinta, cintamu takkan pernah mati.
Dalam pelukan ku, kau adalah surga,
Dalam matahari ku yang bersinar terang.
Kau adalah segalanya dalam hidupku,
Ibu tercinta, takkan pernah berubah.
Karya Ama Achmad
Seperti sebuah buku yang terbuka di bawah lampu,
lemari di dapur ibu terisi banyak bumbu:
kapulaga, daun salam, cengkih, pala, dan masa lalu.
Lemari pendingin di sudut itu, hidup dalam dingin yang tidak disukai.
Bunga-bunga es menempel di dinding-dindingnya, membuat sirup rasa lemon mengeras menjadi rasa benci yang terpelihara.
Empat mata kompor yang jarang membuka itu bagai kemalasan langit membawa matahari di akhir tahun.
Tidak ada gula dan penyedap rasa, ibu puasa dari rasa gurih dan manis.
Di meja, gelas dan piring tertata rapi seperti hidup ibu yang teratur.
Di tempat cuci, kran air tidak pernah sepenuhnya menutup seperti kesedihannya yang tidak benar-benar pergi.
