46 Produsen Vaksin Dunia Kumpul di Bali, Bahas Inovasi dan Kolaborasi

Posted on

Indonesia menjadi tuan rumah 26th Developing Countries Vaccine Manufacturers Network (DCVMN) Annual General Meeting (AGM) di Bali. Pertemuan ini mempertemukan 46 produsen vaksin dari belasan negara berkembang, regulator, hingga peneliti.

Agenda utama kegiatan tersebut berfokus pada upaya mendorong inovasi antarprodusen vaksin negara berkembang, memperkuat kapasitas riset dan pengembangan, serta membangun sistem kesehatan global yang tangguh dan berkeadilan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam video sambutannya menyebut menjadi kehormatan besar bagi Indonesia dapat menjadi tuan rumah kegiatan ini. Menurutnya, DCVMN mendefinisikan ulang manufaktur vaksin global dengan memperluas kapasitas, mengadopsi teknologi baru, dan memperkuat kemitraan.

“Saat kita memulai pertemuan umum tahunan ini, marilah kita jadikan hari-hari ini berarti. Bukan hanya sebagai waktu untuk bertukar pengetahuan tetapi juga sebagai momen untuk merancang masa depan keamanan vaksin bersama,” ucapnya, Rabu (29/10/2025).

Budi menjelaskan, Indonesia telah mengambil sejumlah langkah penting. Pertama, memperkuat kapasitas regional dengan memperluas lanskap manufaktur vaksin dari satu menjadi empat produsen, dengan total kapasitas produksi tahunan 3,3 miliar dosis.

Langkah kedua yakni mendorong transfer teknologi serta riset dan pengembangan. Ketiga, menjalin kemitraan regional dan global, seperti dengan CEPI, Yayasan Bill Gates, hingga kerja sama kemandirian vaksin ASEAN untuk memperluas produksi lokal dan memajukan inovasi.

Ia menambahkan, dengan populasi besar dan terus bertambah, negara-negara berkembang memiliki potensi ekonomi yang kuat. Menurutnya, berinvestasi dalam manufaktur lokal di kawasan ini adalah langkah bisnis yang tepat.

CEO DCVMN Rajinder Suri mengatakan dalam beberapa tahun terakhir pihaknya menyaksikan pertumbuhan luar biasa produsen vaksin di negara berkembang, termasuk dalam upaya mereka menghasilkan vaksin kelas dunia.

“Selama Covid-19, produsen vaksin negara berkembang telah memproduksi lebih dari 9,8 miliar dosis vaksin Covid-19 dari 15,9 miliar total produksi global. Jadi, 62 persen dari produksi global telah dibuat oleh produsen vaksin negara berkembang,” ujarnya.

Rajinder menambahkan, DCVMN kini fokus pada inovasi dan pengembangan manufaktur vaksin, termasuk peningkatan kapasitas dan perluasan skala produksi.

Ia menyebut, banyak program pelatihan dan transfer teknologi telah dilakukan, dengan lebih dari 370 kolaborasi kemitraan selama pandemi Covid-19. Dalam lima tahun terakhir, tercatat 116 kolaborasi antarnegara berkembang, baik antara Selatan-Selatan, Utara-Selatan, maupun dengan organisasi internasional.

Rajinder menegaskan, kolaborasi tersebut menjadi fondasi penting dalam menghadapi tantangan pengembangan vaksin di masa depan.

Direktur Utama PT Bio Farma Shadiq Akasya menyebut, Bio Farma sebagai co-host kegiatan ini ingin menegaskan posisi Indonesia bukan hanya sebagai pengguna teknologi kesehatan global, tetapi juga sebagai pengembang dan pemimpin inovasi di bidang vaksin dan bioteknologi.

Ia mengatakan, kesempatan ini akan dimanfaatkan untuk menjalin kemitraan dan menangkap peluang inovasi, termasuk pendanaan dan penguatan jaringan antarnegara berkembang.

“Kemudian bagaimana terkait dengan masalah funding dan untuk depan kita juga harus menjalin network yang lebih kuat. Sehingga negara-negara yang sedang berkembang ini tidak terlalu bergantung kepada pihak lain. Oleh karena itulah, DCVMN ada dan diharapkan dengan kolaborasi seperti ini kita bisa memperkuat di negeri masing-masing,” tuturnya.