139 Pengidap HIV/AIDS di Mataram Meninggal Selama 2001-2025

Posted on

Dinas kesehatan (Dinkes) Kota Mataram mencatat ada 929 kasus human immunodeficiency virus (HIV) berdasarkan hasil screening sejak 2001-2025. Rinciannya 493 kasus HIV, 436 kasus AIDS, dan 139 orang di antaranya meninggal dunia.

Dari catatan Dinkes Mataram, rata-rata kasus HIV/AIDS ini didominasi oleh warga luar Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Untuk tahun ini yang terdeteksi ada 116 kasus. Hanya 42 orang dari 116 itu (warga Mataram), sisanya adalah warga luar Mataram,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Mataram Emirald Isfihan saat dikonfirmasi, Senin (11/8/2025).

Emirald menjelaskan, tingginya angka kasus HIV/AIDS di Mataram bukan karena didominasi warga Mataram, melainkan karena tingginya jumlah kasus rujukan dari luar Mataram yang datang untuk screening.

“Karena Kota Mataram ini adalah pusat rujukan. Ada 16 rumah sakit di Mataram, dan semua rumah sakit itu terlibat dalam upaya screening (HIV/AIDS),” jelas Emirald.

Emirald menuturkan masyarakat tidak perlu takut dengan temuan tingginya kasus HIV/AIDS di Mataram. Sebab, ini bukti bahwa tim medis di Mataram serius menemukan bibit-bibit HIV/AIDS.

“Terhadap jumlah kasus, jangan kita berpikir terlalu takut dan mengkhawatirkan. Justru ini hal positif, yang artinya tenaga medis itu sudah bekerja untuk menemukan kasus itu,” ucapnya.

Menurut Emirald, Dinkes Mataram menggunakan dua konsep untuk mendapatkan temuan-temuan kasus HIV/AIDS. Di antaranya, konsep aktif dan positif.

“Kalau pasif, orang itu datang setelah dia bergejala, tapi kalau aktif, kami yang mencari. Di tempat hiburan, kami lakukan pemeriksaan karena memang ada korelasi antara HIV positif dengan penggunaan jarum narkoba. Kemudian di tempat-tempat populasi kunci, PSK,” imbuhnya.

Selain itu, Dinkes Mataram juga melakukan screening ekstrem di sejumlah fasilitas kesehatan baru. Seluruh faskes yang mengajukan perizinan akan diperiksa untuk nakesnya.

“Karena nakes itu rentan tertular oleh pasien. Pada saat dia (nakes) tidak melakukan pemeriksaan, maka dia bisa menularkan kepada pasien lain, itu yang kami kunci. Tapi sampai sekarang belum ada kasus di nakes, dan itu yang kami jaga, jangan sampai ada,” beber Emirald.

Di sisi lain, menurut Emirald, screening kasus HIV/AIDS perlu dilakukan sesegera mungkin. Pasalnya, gejala dari kasus ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dirasakan langsung oleh orang itu sendiri.

“Mulai munculnya HIV positif itu sampai akhirnya menimbulkan gejala atau AIDS butuh waktu 5-10 tahun. Bayangkan jika HIV positif itu tidak kami temukan dari awal, maka dia tidak tahu dirinya positif. Artinya, dia tidak melakukan pengobatan. Padahal obat-obatan sekarang itu bisa untuk tidak menularkan penyakit lagi, karena ada antiretroviralnya,” kata Emirald.